“Permisi mas, ada yang bisa saya bantu untuk memilih bajunya?” tanyanya tiba-tiba. Kontan saja aku agak sedikit kaget.
Begitu aku menoleh kearah cewek itu, aku melihat sesosok cewek cantik yang mukanya mirip dengan salah satu artis Indonesia.
“Iya mbak, tolong carikan jean yang model ini dengan no.33 ya mbak…” jawabku. Si mbak pun lanats mencarikan jeans yang ku maksud.
Karena letaknya di bagian bawah, maka si mbak mencari dengan membungkukkan badan. Si mbak memakai rok yang sangat mini, maka paha mulusnya pun terlihat di depanku.
“Gila mulus bener nih paha…” kataku dalam hati. Dan pikiranku pin jadi ngeres seketika.
“Nih mas celananaya… “ katanya sambil menyodorkan jean yang telah dia temukan.
“Iya mbak terima kasih” jawabku. Lalu si mbak pun menuliskan bon untuk dikasihkan ke kasir.
“Maaf mbak boleh berkenalan?” tanyaku mengawali pembicaraan.
“Bella” jawabnya sambil mengulurkan tangan.
“Aku, Rizal” kataku.
“Maaf mas ini bonnya” katanya lembut.
“Iya makasih mbak, maaf kalau boleh tahu mbaknya pulang jam berapa?” tanyaku berbasa-basi.
“Nanti jam 21.30 ada apa mas, emangnya mas’e mau nganter?” tanya dia menantang.
“Gapapa kalau situ nggak keberatan” jawabku mantap.
Tak lama kemudian ada pengumuman dari pengeras suara bahwa toko mau tutup. Aku segera membayar belanjaanku di kasir. Kemudian aku dan kawanku menunggu Bella keluar dari toko. Tak lama kemudian terlihatlah Bella menuju ke arahku.
“Maaf ya nunggu lama?” katanya.
“Lumayan lama, habisnya yang ditunggu cewek cakep sih” kataku menggoda.
“Iih bisa aja kamu mas” kata Bella sambil nyubit pinggangku.Kami bertiga pun berjalan meninggalkan toko tersebut menuju area parker toko.
“Bella rumahnya mana sih” tanyaku.
“Saya di Jl. Supriyadi mas”, katanya.
“Oke kalau begitu” jawabku.
Kustarter Katana tahun 90-an yang sudah menemani ku hampir 5 tahun ini.
“Zal, turunin aku disini aja” kata Herman saat mobil melewati panti pijat di Jl. Supriyadi. Akupun menurutinya dan mobil pun kuhentikan, Herman turun langsung masuk ke panti pijat tersebut. Temanku yang satu ini memeng gila bener. Akupun lalu melanjutkan perjalanan bersama Bella.
“Nanti turun depan situ Zal yang ada pagar warna ijo” tunjuk Bella.
Setelah sampai di tempat yang Bella tuju kamipun turun. Tempat kost Bella sudah terlihat sepi, penghuninya sudah pada tidur. Akupun disuruh masuk di kost Bella.
“Silakan duduk mas” katanya.
“Panggil aja namaku biar lebih akrab” kataku sok akrab.
Bella pun permisi ke dapur untuk membuat minuman. Kamar Bella berukuran 3 X 4 meter, di dalamnya hanya ada TV, VCD, meja kursi dan tempat tidur. Kasurnya diletakkan di bawah di atas karpet. Kucoba untuk melihat koleksi VCD-nya, ternyata ada VCD pornonya. Ketika aku melihat VCD pornonya Bella masuk ke kamar dengan membawa segelas teh hangat. Dia sudah berganti pakaian, memakai kaos street dan celana pendek.
“Gila seksi banget ni cewek” pikirku.
“Diminum tehnya Zal mumpung masih hangat” kata Bella.
“Kamu ternyata suka sama film blue juga ya Bel?” tanyaku.
“Nggak begitu juga aku melihat kalau cuma lagi suntuk dan butuh aja” katanya.
“Butuh apa emangnya?” tanyaku berlagak bodoh.
“Ya butuh gitu tuh…hahahaaa…” katanya sambil tertawa.
“Aku mau lihat VCDnya boleh?” kataku.
“Boleh, silakan saja. Asal bisa nahan diri lho ya…resiko ditanggung sendiri…xixixiii” katanya sambil meringis genit. *****
Aku pun mulai menyalakan VCD dan menontonnya. Disitu diperlihatkan seorang wanita yang diikat tangan kakinya di ranjang dan ditutup matanya, disetubuhi oleh lelaki dengan nafsunya.
“Ahh.. no.. no.. uhshh..” jerit wanita tersebut sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Eh Den, kalau yang itu saya juga belum liat tuh”, kata Sheilla.
Kemudian Sheilla pun duduk di samping saya. Terlihat lagi kemudian ikatan tali itu dilepas, dan si wanita menungging, dan si lelaki berdiri di belakangnya, dan mulai menyetubuhinya dengan gaya anjing.
“Ohh.. yess.. ahh.. ahh.. yess.. yess..” jerit wanita tersebut.
Sheilla duduk semakin mendekat ke tubuhku saat menonton adegan tersebut, dan dadanya malah digesekkan ke lenganku.
“Wah, kayaknya dia terangsang nih”, pikir saya.
Kemudian adegan pun semakin seru, si wanita menggoyang maju mundurkan pantatnya mengimbangi laju kemaluan laki-laki tersebut ke dalam ke kemaluannya.
“Oohh baby, yess.. ahhk”, jerit wanita tersebut dan Sheilla pun semakin menggesekkan dadanya ke lenganku dan akhirnya saya beranikan diri untuk memegang dadanya, dan ternyata Sheilla diam saja sambil terus memperhatikan gambar. Saya semakin berani dengan mencium bibirnya, yang dibalas dengan ciuman pula oleh Sheilla.
Akhirnya saya dan Sheilla pun terlibat dalam acara pagut memagut yang sangat seru. Lidah kami saling melilit satu sama lain. Kemudian Sheilla melepaskan kaos streetnya. Saat kaos sampai di kepalanya dan matanya masih tertutup kaos tersebut, saya menciumi bibirnya dengan ganas,
“Mmm”, dan dibalas dengan ganas pula oleh Sheilla.
Akhirnya saya turun ke bawah menciumi lehernya yang panjang dan agak melengkung ke depan berbentuk seperti kuda. Kata orang sih wanita dengan bentuk leher seperti ini nafsunya besar.
Kemudian Sheila pun mendesah,
“Oohh.. shh.. shh”, dan kemudian saya buka kaitan branya dengan gigi saya dan terpampang di depan mata saya gundukan gunung kembar berbentuk kerucut dengan puncaknya berwarna merah muda. Langsung saya jilati dari lembah gunung kembar tersebut terus menuju ke puncaknya.
“Aakhh.. okhh.. Denn.. shh.. jangann.. jangan Den.. jangan.. jangan hentikan Den..” hanya kata itu yang keluar dari bibir Sheilla.
Wah gila juga nih cewek, masih sempat bercanda dalam kenikmatan. Tak lama kemudian ujung gunung kembar itupun berubah menjadi keras seperti penghapus pensil dan semakin keras saja. Selanjutnya habis mengerjakan tugas di puncak gunung, saya turun sedikit menuju lembah dan tepat di atas pusar saya jilati lagi. Terus saya berhenti.
“Aahh.. shh.. loh.. sshh kok berhenti? sshh”, tanya Sheila.
“Shell kamu punya susu kental manis nggak?” tanya saya.
“Loh kan udah ada susu kenyal nikmat”, katanya.
“Beneran nih Shell”, kata saya.“Tuh di atas meja”, katanya sambil menunjuk ke meja.
Langsung saja saya ambil dan saya bawa menuju ke Sheilla.
“Wah mau diapain Den?” tanyanya.
“Biar lebih manis”, kata saya sambil mengoleskan susu kental tersebut ke daerah di sekitar pusar Sheilla, dan menjilatinya.
“Wah tubuhmu memang lezat pakai susu ini Sheilla, mmh.. slurpp”, kata saya sambil menjilat dan menghisap-hisap tubuhnya.
“Ahh.. shh.. ukhh.. ss..” desah Sheila.
Kemudian saya mulai membuka celana pendek Sheilla dan membuka celana dalam warna kremnya. Dan setelah seluruh susu kental di tubuh Sheilla habis, saya langsung turun ke daerah selangkangan Sheilla. Posisi Sheilla sekarang tidur di sofa dengan kaki mengangkang membentuk huruf M dan saya duduk di bawah dan menjilati pangkal pahanya.
“Mmm.. mm.. slurpp.. mmh.. saya jilati seluruh permukaan rambut di daerah segitiga terlarang tersebut di situ tumbuh dengan lebatnya rambut-rambut halus bagaikan hutan tropis Kalimantan sebelum kebakaran.
Kujilati hingga rambut di situ basah semua, dan kemudian saya menuju ke bibir-bibir kemaluan Sheilla. Kujilati bibir-bibir indah tersebut dengan ganasnya,
“Okhh.. akkhh.. yess.. Denn.. ahh..” desah Sheilla sambil mengangkat pinggulnya.
Kemudian kusingkap kedua bibir untuk mengetahui rahasia di dalam kemaluannya. Terlihat dengan jelas tonjolan daging yang ada di dalamnya dan kujilati dengan lidahku. “Ohh.. di situu terus Den.. akhh.. oukhh.. akk”, jerit Sheilla saat saya jilati daging, yang biasa disebut klitoris.
Setelah menjilati daging tersebut, kumasukkan tanganku ke dalamnya terasa ada yang menyedot jariku. dan kugesek-gesekkan jari-jariku ke dalam kemaluan Sheilla dan terasa daging yang bergelombang-gelombang di dalamnya. Mungkin ini yang disebut G-spot pikir saya. Langsung saja saya korek-korek daerah situ. Sheilla pun semakin tak terkendali,
“Aahh.. sshh.. ohkk.. uhh.. yess, Dennyy.. teruss.. ahkkh..” jeritnya semakin nggak jelas.
Saya semakin memperbesar frekuensi mengobrak-abrik daerah tersebut, yang makin lama terasa semakin basah dan semakin menyedot-nyedot jariku.
Tak lama kemudian,
“Ohh.. Dennyy.. shh.. akkhh..” jerit Sheilla mengejang tanda mencapai klimaks, dan jariku di dalamnya pun semakin basah oleh semburan air dari dalam kemaluannya.
Kemudian saya keluarkan tangan saya dari cengkeraman kemaluannya dan menciumi Sheilla.
“Sudah puas sayang?” tanya saya. Dia pun tersenyum genit.
Kemudian Sheilla saya rebahkan di karpet dan saya ambil inisiatif 69 dan saya mulai menjilati kemaluan Sheilla.
“Den.. masih ngilu.. kamu aja yang saya jilatin deh!” kata Sheilla.
Saya langsung duduk di sofa, dan Sheilla mulai menjilati kemaluan saya. Dia jilat kantung kemaluan saya dengan nikmatnya sambil sekali-kali melirik ke arah saya. Kemudian dia menjilati batangan saya yang 7 inchi menyusuri jejak urat-urat yang menonjol di situ. Saya cuma bisa bilang,
“Ahh.. ohh.. shh”, saat dia menjilati batangan saya.
Dia pun lalu mulai menjilati kepala kemaluan saya yang seperti helm astronot sambil memainkan lubangnya dengan lidah yang menari-nari di atasnya. kemaluan saya pun semakin tegang saja, dan kemudian dia mulai memasukkan dan mengeluarkan kemaluan saya di dalam mulutnya dengan frekuensi tinggi, sehingga dengan gerak reflek saya maju mundurkan kemaluan saya sambil memegangi rambutnya.
Setelah hampir 6 menit berlalu sepertinya dia sudah capai karena saya nggak keluar-keluar juga. Akhirnya dia pun menghentikan aktifitasnya.
“Denn.. lama bener sih keluarnya, masukin ke kemaluan aja ya biar cepet keluar!” katanya.
Kemudian Sheilla mengambil sesuatu dari lemarinya. Ternyata dia mengambil kondom yang bentuknya lucu seperti ikan lele, ada sungutnya. Dan memberikan ke saya.
“Nih Den pake, biar saya nikmat dan tahan lama”, katanya.
Lalu saya memakaikan kondom tersebut ke kemaluan saya, dan Sheilla sudah siap tempur dengan tidur telentang dan kakinya membentuk huruf M. Langsung saya masukkan kemaluan saya ke dalam kemaluan Sheilla. Wah, ternyata masih seret juga nih lubangnya pikir saya. Dan dengan dorongan sedikit tenaga masuklah batang saya ke dalam cengkraman kemaluannya. Saya dorong keluar masuk kemaluan saya ke dalam kemaluannya.
“Aahh.. oohh.. shh.. akhh.. shh.. teruss.. Denn.. ahh..” desah Sheilla semakin tak beraturan.
Kemudian saya berhenti, kemaluan saya di dalam kemaluannya dan memainkannya seperti orang sedang menahan air pipis.
“Ih.. kamu nakal.. Den..” dan Sheilla ganti membalasnya dengan perlakuan seperti saya.
Saat dia melakukan hal tersebut, kemaluannya terasa menjepit-jepit seluruh batang kemaluan saya secara periodik, dan membuat saya tak bisa mengendalikan diri.
Kemudian saya genjot lagi kemaluan saya dan menggesekkan sungut-sungut pada kondom, sepertinya membuat sensasi tersendiri pada kemaluannya, “Ahh.. oohh.. Denny.. sungut lelemu.. ohkss.. akk.. yes ahh.. ohkk..” jerit Sheilla menikmati sungut lele dan dia pun menggoyangkan pinggulnya semakin kuat dan berbunyi kecipak-cipak saat saya memasuk-keluarkan kejantanan saya di dalam kewanitaan Sheilla yang makin basah.
Setelah 15 menit kemudian Sheilla mendesah,
“Deny.. ouchh.. akuu.. mmaauu.. akh, sampaii.” Tak lama kemudian terasa tumpahan cairan dari kemaluan Sheilla membuat batang kemaluan saya panas dan terasa ada yang menghisap-hisap kemaluan saya yang membuat saya tak bisa mengendalikan diri, dan keluarlah lahar panas dari kemaluan saya pada kantong kondom di dalam kemaluan Sheilla.
Kami berdua pun lemas dalam kenikmatan. Saya biarkan kemaluan saya di dalam kemaluan Sheilla sampai hilang hisapan-hisapan dari kemaluannya. Kemudian kukeluarkan kemaluan saya dan saya lepas kondom dan saya berikan ke Sheilla.
“Nih, sumbangkan ke bank sperma”, kata saya.
Dia pun tersenyum genit, dan pergi ke kamar mandi untuk membuang kondom tersebut. Kemudian kami pun tertidur dengan tubuh tanpa busana sampai keesokan harinya.