Aku Jadi Pemuas Napsu – Mbak sukma yang sedang sibuk bicara lewat ponselnya sedang asyk duduk di meja rias , kira kira waktu sudah menunjukan pukul 10 malam saat itu aku sedang tidur di kamarnya, aku hendak bangun dan ingin menuju kekamar mandi mencari celana dalamku yang entah kemana, aku lihat ternyata di sebelah mbak Sukma, aku biarkan tubuhku tanpa celana dalam masuk kekamar mandi untuk mandi , ku nyalakan keran air hangat untuk aku berendam di bathup.
Dari celah pintu yang setengah tertutup itu aku mendengar mbak Sukma masih bercerita seru adegan ranjang yang dinikmatinya bersamaku tadi sore, selepas minum ramuan khasiatnya yang membangkitkan energiku sore tadi. Kubiarkan badanku menerima kehangatan air hangat keran kamar mandi sambil bersandar kupejamkan mata.
Setelah lama tak terdengar lagi suara mbak Sukma, aku menghentikan usapan sabun di tubuhku dan berusaha berdiri mengarah ke pintu tempat handuk bergantung. Bersamaan dengan itu Terdengar pintu kamar terbuka.
Dari celah pintu kamar mandi, dari kaca rias di kamar aku melihat jelas pembantu mbak Sukma si Alifa masuk ke dalam sambil membawa kain bersih di nampan bersama teh hangat dan kue kecil bertumpuk di piring.
Saat membersihkan tempat tidur, dari ujung seberangku hingga berputar mendekati kamar mandi, aku telah kering menyeka basah tubuhku, yang kulilit handuk sepinggang. Saat membungkuk membetulkan seprei tempat tidur sambil membelakangiku, perlahan aku keluar kamar mandi dan merangkulnya dari belakang.
– Aih! pekiknya kecil terkejut.
Masih membungkuk, kuremas dada dan perutnya dalam pelukanku, kuarahkan dia menatap cermin meja rias, yang terlihat jelas belahan dadanya tersembul dibalik dasternya yang sedikit ketat. busana remaja sekarang memang sexy, membuatku senang menatap pemandangan indah di cermin. Alifa yang meronta berusaha berdiri dan melepas tanganku mulai mengerutkan dahi tanda risih.
– Nyonyamu mana sayang ? tanyaku
– Errhh!! Keluar ke temannya, ada yang ingin bertemu dengannya di daerah mall.
– Uhhh!! Tolong lepaskan mas pintanya memelas
– Hmm, terus teh ini untuk siapa Alifa ?
– Untuk mas, sesuai pesan nyonya tadi.
– Apa saja pesannya ? sambil menggerayangi tubuh remajanya yang masih kencang ini, aku mengarahkannya ke arah meja rias.
– Untuk melayani mas sebelum nyonya datang. Aarhh!!
Pekiknya saat tangan kiriku yang memegang perutnya mulai turun ke bawah. Kuraih pangkal pahanya yang masih rapat tertutup pahanya, kuremas buah dadanya dari belakang, sambil kugesek gesekan pusakaku pada pantat atau punggungnya, sekenanya. tangannya berusaha menggapai tepian meja rias, kursi rias ataupun karpet bulu di kamar, berusaha menopang tubuhnya agar tak jatuh.
– Yah layani aku dong Alifa aku kan ingin kau melakukannya
– Arrh!! pekik Alifa,
saat kupegang pergelangan tangannya, kuputar badannya menghadapku, yang dengan cepat menarik ke atas dasternya menutup muka dan menahan tangannya di atas. Kutarik kebawah dengan cepat celana dalamnya dan saat membungkuk segera kuraih bra yang menutup dada ranumnya.
Kulepaskan bra dan celana dalamnya, memperlihatkan tubuhnya yang ramping indah masa2 remajanya. wajahnya masih tertutup daster yang berusaha ditariknya keluar. Kubantu Alifa melepas dasternya, hingga terlihat sekarang ia menggigit bibir bawahnya sambil memelas wajahnya menatapku
– Jangan mas .. ampun mas
– Jadi kau tak mau melayaniku ? kubiarkan diriku duduk di tempat tidur.
– Jangan melayani ini mas nanti sakit mas
– Tapi ada nikmatnya kan ?
Alifa tak menjawab. Ia menutupi kedua buah dadanya dengan menyilangkan tangannya, menutup erat pangkal pahanya dengan merapatkan lututnya kesamping setengah ditekuk. Wao! terlihat indah nian dipandang bentuk dan pose yang dilakukan Alifa di depanku.
– Alifa sayang, cobalah kau menikmatinya dengan hati terbuka, ikhlas.
– Engkau malah akan merasakan rasa nikmat yang beda dengan usaha penolakanmu. rayuku
Alifa diam saja.
– Kalau mbak Sukma senang dengan pelayananmu padaku, tentunya sikap mbak Sukma akan baik kepadamu kan ?
– Kemarilah Alifa sayang kataku perlahan sambil berdiri.
– Engkau cantik kuarahkan mukaku ke wajahnya dan mulai mencium pipi, ke arah telinga terus ke leher.
– Engkau gadis sexy Alifa. kulitmu bagus kuhisap bahunya, turun ke bawah ke depan.
Mulai terasa pangkal buah dadanya mengeras, bergetar lembut saat tanganku mengajak pergelangan tangannya menjauhinya.
Kubenamkan mulutku, menghisap dan menggigit dada ranum kenyal, ketat milik Alifa. Alifa diam saja, masih menggigit bibir bawahnya, mulai menunduk dengan mata terpejam, terkulai ke kanan.
Kupeluk tubuh rampingnya, Kuremas kedua pantatnya, Kulebarkan pahanya. Kulakukan remasan selama beberapa waktu sampai akhirnya kupeluk erat dan kubaringkan ke karpet bulu di kamar mbak Sukma ini.
Masih terpejam mata Alifa, bibirnya setengah terbuka, kedua tangannya mendekap kepalaku. Kutindih badannya, kubuka kakinya lebar2 dengan usaha kakiku, kugesekkan perlahan handuk yang melindungi pusakaku ke pangkal pahanya. Kakinya terbuka secara suka rela, tertekuk lututnya.
Nafasnya tersengal saat pusakaku yang mulai mengeras menekan pangkal pahanya. Alifa meremas tangannya di kepalaku saat tubuhku mendorong maju mundur dan menekan ke bawah. Merintih dan mengerang sambil menggoyangkan badannya mencari irama yang diinginkannya.
Tak terasa lama kami saling memagut, menekan dan mendekap pasangannya masing, sampai mulai terasa hangat pusakaku menyentuh tubuhnya. Handukku telah terlepas. Sedikit mengangkat panggul aku mengarahkan kepala pusakaku ketengah pangkal paha Alifa. Alifa diam tak bereaksi menunggu saat2 itu tiba. Kepalaku didekap erat sambil mengerang
– ERrrgh!!
Saat kepala pusakaku mulai menempati posisi yang pas pada milik Alifa. Segera kudorong tubuhku sambil menekan membuatnya membuka mulut, tapi tak bersuara. Matanya terpejam dan terbuka sesaat, bergantian, seirama dengan goyangannya mengimbangi dorongan dan tekananku. Beberapa waktu kemudian
– AAARRRGH!! pekiknya nyaring, pendek, dan terbuka lebar mata dan mulutnya
Sambil berkelojotan, bergoyang dan bergetar semua tubuhnya menghimpit rapat pingggangku. Pahanya yang erat menjepitku sekarang diringi gemetar semua dadanya. Kemudian Alifa diam, memejamkan mata, masih berair ujung kelopak matanya, tapi sedikit tersenyum Alifa masih mengelus kepalaku.
– Enak kan sayang ?? bisikku di telinganya, tanpa menghentikan gerakanku.
Masih dengan irama yang sama aku sekarang duduk berlutut dihadapnnya, membuka lebar kakinya dengan kedua tanganku di betisnya yang kuangkat ke atas. Tangannya sekarang mencengkeram kursi rias dan karpet bulu di salah satunya.
Kepalanya masih terkulai ke kanan, mengangguk-angguk. sambil menekan bibir bawah ia mulai merintih lagi. Pintu kamar terbuka dari luar!! Kuangkat kepalaku dan mbak Sukma masuk. sambil menatap kami ia tersenyum kecil, meletakkan pantantnya di kasur, melepaskan sepatu tingginya.
DI pintu, masuk lagi seorang wanita tinggi, lebih muda dari mbak Sukma dengan kurus panjang wajahnya mirip gadis foto model. Bajunya yang terikat diujung bawahnya memperlihatkan branya yang gelap membungkus dadanya yang kencang.
Rok jeans sepaha yang dikenakannya terlihat amat sangat sexy membungkus pahanya yang putih.
Lalu masuk lagi seorang wanita pendek dengan tubuh yang sedikit lebih lebar dari mbak Sukma, tetapi memiliki buah dada yang teramat besar. Baju putihnya lurus membungkus menutupi bentuk tubuhnya yang sedikit lebar itu, tanpa dapat menyembunyikan besar dada di depannya.
– Sayang, ini Desty dan yang baju putih ini Mahya. yang kemudian menyebutkan namaku kepada mereka
– Yang di bawah tu si Alifa, masih perawan dia tadi pagi. senyumnya kepada temannya.
Aku tidak menghentikan gerakanku, masih menikmati denyutan di dalam lubang Alifa yang sekarang ikut menoleh ke arah mereka. Bingung ia harus berbuat apa sementara tubuhku masih mendorong keluar masuk pusakaku ke dalam lubang miliknya.
Mbak Sukma keluar kamar sambil menepuk pundak Desty
– Ayolah kalo kau menginginkannya.
– Yuk Ndut, kita ke dapur dulu. ajak Mbak Sukma ke arah Mahya.