Tetapi aqu tak pernah mengeluh akan keadaanku ini. Aqu tak ingin membanding-bandingkan diriku pada Dr. Mardiyo yg ahli bedah, atau Dr. Susno yg spesialis kandungan, sekalipun mereka dulu waktu masih sama-sama kuliah di faqultas kedokteran sering aqu bantu dalam menghadapi ujian. Mereka adalah bintang kedokteran yg sangat cemerlang di bumi pertiwi, bukan hanya ketenaran nama, juga kekayaan yg terlihat dari Baby Benz, Toyota Land Cruiser, Pondok Indah, Permata Hijau, Bukit Sentul dll.
Dgn pekerjaanku yg melayani masyarakat kelas bawah, yg sangat memerlukan pelayanan kesehatan yg terjangkau, aqu memperoleh kepuasan secara batiniah, karena aqu bisa melayani sesama dgn baik. Tetapi, dibalik itu, aqu pun memperoleh kepuasan yg amat sangat di bidang non materi lainnya.
Suatu malam hari, aqu diminta mengunjungi pasien yg katanya sedang sakit parah di rumahnya. Seperti biasa, aqu mengunjunginya setelah aqu menutup praktek pada sekitar setengah sepuluh malam. Ternyata sakitnya sebenernya tidaklah parah bila ditinjau dari kacamata kedokteran, hanya flu berat disertai kurang darah, jadi dgn suntikan dan obat yg biasa aqu sediakan bagi mereka yg kesusahan memperoleh obat malam malam, si ibu bisa di ringankan penyakitnya.
Saat aqu mau meninggalkan rumah si ibu, ternyata tanggul di tepi sungai jebol, dan air bah menerjang, hingga mobil kijang bututku serta merta terbenam sampai setinggi kurang lebih 50 senti dan mematikan mesin yg sempat hidup sebentar. Air di mana-mana, dan aqu pun membantu keluarga si ibu untuk mengungsi ke atas, karena kebetulan rumah petaknya terdiri dari 2 lantai dan di lantai atas ada kamar kecil satu-satunya tempat anak gadis si ibu tinggal.
Karena tak ada kemungkinan untuk pulang, maka si Ibu menawarkan aqu untuk menginap sampai air surut. Di kamar yg sempit itu, si ibu segera tertidur dgn pulasnya, dan tinggallah aqu berduaan dgn anak si ibu, yg ternyata dalam sinar remang-remang, terlihat manis sekali, maklum, umurnya aqu perkirakan baru sekitar awal dua puluhan.
“Pak dokter, maaf ya, kami tak bisa menyuguhkan apa apa, agaknya semua perabotan dapur terendam di bawah”, katanya dgn suara yg begitu merdu, sekalipun di luar terdengar hamparan hujan masih mendayu dayu.
“Oh, enggak apa-apa kok Dik”, sahutku.Dan untuk melewati waktu, aqu banyak bertanya padanya, yg ternyata bernama Surti.
Ternyata Surti adalah janda tanpa anak, yg suaminya meninggal karena kecelakaan di laut 2 tahun yg lalu. Karena hanya berdua saja dgn ibunya yg sakit-sakitan, maka Surti tetap menjanda. Surti sekarang bekerja pada pabrik konveksi pakaian anak-anak, tetapi perusahaan tempatnya bekerja pun terkena dampak krisis ekonomi yg berkepanjangan.
Saat aqu melirik ke jam tanganku, ternyata jam telah menunjukkan setengah dua dini hari, dan aqu lihat Surti mulai terkantuk-kantuk, maka aqu sarankan dia untuk tidur saja, dan karena sempitnya kamar ini, aqu terpaksa duduk di samping Surti yg mulai merebahkan diri.
Terlihat rambut Surti yg panjang terburai di atas bantal. Dadanya yg membusung terlihat bergerak naik turun dgn teraturnya mengiringi nafasnya. Ketika Surti berbalik badan dalam tidurnya, belahan bajunya agak tersingkap, sehingga bisa kulihat payudaranya yg montok dgn belahan yg sangat dalam. Pinggangnya yg ramping lebih menonjolkan busungan payudaranya yg terlihat sangat menantang. Aqu coba merebahkan diri di sampingnya dan ternyata Surti tetap lelap dalam tidurnya.
Pikiranku menerawang, teringat aqu akan Wati, yg juga mempunyai payudara montok, yg pernah aqu tiduri malam minggu yg lalu, saat aqu melepaskan lelah di panti pijat tradisional yg terbisa banyak di kawasan aqu berpraktek. Tapi Wati ternyata hanya nikmat di pandang, karena permainan seksnya jauh di bawah harapanku. Waktu itu aqu hampir-hampir tak bisa pulang berjalan tegak, karena burungku masih tetap keras dan mengacung setelah ’selesai’ bergumul dgn Wati. Maklum, aqu tak terpuaskan secara seksual, dan kini, telah seminggu berlalu, dan aqu masih memendam birahi di antara selangkanganku.
Aqu mencoba meraba payudara Surti yg begitu menantang, ternyata dia tak memakai beha di bawah bajunya. Teraba pentil susunya yg mungil. dan ketika aqu mencoba melepaskan bajunya, ternyata dgn mudah bisa kulaqukan tanpa membuat Surti terbangun. Aqu dekatkan bibirku ke pentilnya yg sebelah kanan, ternyata Surti tetap tertidur. Aqu mulai merasakan kemaluanku mulai membesar dan agak menegang, jadi aqu teruskan permainan bibirku ke pentil susu Surti yg sebelah kiri, dan aqu mulai meremas payudara Surti yg montok itu. Terasa Surti bergerak di bawah himpitanku, dan terlihat dia terbangun, tetapi aqu segera menyambar bibirnya, agar dia tak menjerit. Aqu lumatkan bibirku ke bibirnya, sambil menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Terasa sekali Surti yg semula agak tegang, mulai rileks, dan agaknya dia menikmati juga permainan bibir dan lidahku, yg disertai dgn remasan gemas pada ke dua payudaranya.
Setalah aqu yakin Surti tak akan berteriak, aqu alihkan bibirku ke arah bawah, sambil tanganku mencoba menyibakkan roknya agar tanganku bisa meraba kulit pahanya. Ternyata Surti sangat bekerja sama, dia gerakkan pantatnya sehingga dgn mudah malah aqu bisa menurunkan roknya sekaligus dgn celana dalamnya, dan saat itu kilat di luar membuat sekilas terlihat pangkal paha Surti yg mulus, dgn bulu kemaluan yg tumbuh lebat di antara pangkal pahanya itu.
Kujulurkan lidahku, kususupi rambut lebat yg tumbuh sampai di tepi bibir besar kemaluannya. Di tengah atas, ternyata klitoris Surti sudah mulai mengeras, dan aqu jilati sepuas hatiku sampai terasa Surti agak menggerakkan pantatnya, pasti dia menahan gejolak birahinya yg mulai terusik oleh jilatan lidahku itu.
Surti membiarkan aqu bermain dgn bibirnya, dan terasa tangannya mulai membuka kancing kemejaqu, lalu melepaskan ikat pinggangku dan mencoba melepaskan celanaqu. Agaknya Surti menbisa sedikit kesulitan karena celanaqu terasa sempit karena kemaluanku yg makin membesar dan makin menegang.
Sambil tetap menjilati kemaluannya, aqu membantu Surti melepaskan celana panjang dan celana dalamku sekaligus, sehingga kini kami telah bertelanjang bulat, berbaring bersama di lantai kamar, sedangkan ibunya masih nyenyak di atas tempat tidur.
Mata Surti terlihat agak terbelalak saat dia memandang ke arah bawah perutku, yg penuh ditumbuhi oleh rambut kemaluanku yg subur, dan gagang kemaluanku yg telah membesar penuh dan dalam keadaan tegang, menjulang dgn kepala kemaluanku yg membesar pada ujungnya dan terlihat merah berkilat.
Kutarik kepala Surti agar mendekat ke kemaluanku, dan kusodorkan kepala kemaluanku ke arah bibirnya yg mungil. Ternyata Surti tak canggung membuka mulutnya dan mengulum kepala kemaluanku dgn lembutnya. Tangan kanannya mengelus gagang kemaluanku sedangkan tangan kirinya meremas buah kemaluanku. Aqu memajukan pantatku dan gagang kemaluanku makin dalam memasuki mulut Surti. Kedua tanganku sibuk meremas payudaranya, lalu pantatnya dan juga kemaluannya. Aqu mainkan jariku di klitoris Surti, yg membuatnya menggelinjang, saat aqu rasakan kemaluan Surti mulai membasah, aqu tahu, saatnya sudah dekat.
Kulepaskan kemaluanku dari kuluman bibir Surti, dan kudorong Surti hingga telentang. Rambut panjangnya kembali terburai di atas bantal. Surti mulai sedikit merenggangkan kedua pahanya, sehingga aqu mudah menempatkan diri di atas badannya, dgn dada menekan kedua payudaranya yg montok, dgn bibir yg melumat bibirnya, dan bagian bawah tubuhku berada di antara kedua pahanya yg makin dilebarkan. Aqu turunkan pantatku, dan terasa kepala kemaluanku menyentuh bulu kemaluan Surti, lalu aqu geserkan agak ke bawah dan kini terasa kepala kemaluanku berada diantara kedua bibir besarnya dan mulai menyentuh mulut kemaluannya.
Kemudian aqu dorongkan gagang kemaluanku perlahan-lahan menyusuri liang sanggama Surti. Terasa agak seret majunya, karena Surti telah menjanda dua tahun, dan agaknya belum merasakan gagang kemaluan laki-laki sejak itu. Dgn sabar aqu majukan terus gagang kemaluanku sampai akhirnya tertahan oleh dasar kemaluan Surti. Ternyata kemaluanku cukup besar dan panjang bagi Surti, tetapi ini hanya sebentar saja, karena segera terasa Surti mulai sedikit menggerakkan pantatnya sehingga aqu bisa mendorong gagang kemaluanku sampai habis, menghunjam ke dalam liang kemaluan Surti.
Aqu membiarkan gagang kemaluanku di dalam liang kemaluan Surti sekitar 20 detik, baru setelah itu aqu mulai menariknya perlahan-lahan, sampai kira-kira setengahnya, lalu aqu dorongkan dgn lebih cepat sampai habis. Gerakan pantatku ternyata membangkitkan birahi Surti yg juga menimpali dgn gerakan pantatnya maju dan mundur, kadangkala ke arah kiri dan kanan dan sesekali bergerak memutar, yg membuat kepala dan gagang kemaluanku terasa di remas-remas oleh liang kemaluan Surti yg makin membasah.
Tak terasa, Surti terdengar mendasah dasah, terbaur dgn dengusan nafasku yg ditimpali dgn hawa nafsu yg makin membubung. Untuk kali pertama aqu menyetubuhi Surti, aqu belum ingin melaqukan gaya yg barangkali akan membuatnya kaget, jadi aqu teruskan gerakan pantatku mengikuti irama bersetubuh yg tradisional, tetapi ini juga membuahkan hasil kenikmatan yg amat sangat. Sekitar 40 menit kemudian, disertai dgn jeritan kecil Surti, aqu hunjamkan seluruh gagang kemaluanku dalam dalam, kutekan dasar kemaluan Surti dan seketika kemudian, terasa kepala kemaluanku menggangguk-angguk di dalam kesempitan liang kemaluan Surti dan memancarkan air maniku yg telah tertahan lebih dari satu minggu.
Terasa badan Surti melamas, dan aqu biarkan berat badanku tergolek di atas payudaranya yg montok. Gagang kemaluanku mulai melemas, tetapi masih cukup besar, dan kubiarkan tergolek dalam jepitan liang kemaluannya. Terasa ada cairan hangat mengalir membasahi pangkal pahaqu. Sambil memeluk tubuh Surti yg berkeringat, aqu bisikan ke telinganya,