Minggu, 30 April 2017

Antara Marah Dan Kenikmatan

Hari itu sudah jam 8 malam, dan Aira masih sibuk mengetik proposal. Belakangan ini kantor konsultan asing di mana dia bekerja sebagai sekretaris memang sedang sibuk-sibuknya. Banyak perusahaan lokal yg meminta jasa dalam mereorganisasi perusahaan mereka. Di sela-sela kesibukan mengetik proposal, sesekali Aira laygkan pandangan ke ruang tengah yg masih benderang. Di sana terdapat Mr. Rossi, Mrs. Elisabeth dari Philipinnes, Bapak Sony dan Mr. Gregory dari England. Rupanya mereka masih membicarakan rapat untuk besok hari.


1 jam berlalu, terlihat Mrs. Elisabeth meninggalkan ruangan untuk pulang. Begitu pula Mr. Gregory. Tinggal Mr. Rossi dan Bapak Sony yg masih terlihat serius berdiskusi. Proposal yg dibuat Aira pun sudah selesai, sekarang tinggal menge-print-nya.
Cerita sex terbaru, Sambil menunggu selesainya hasil print, Aira membuka kancing kemeja. sambil mengelus-elus sendiri buah dadanya di balik kemeja biru yg dia pakai hari itu.beberapa hari itu libido Aira memang meninggi. dipejamkan matanya sambil menaikkan kakinya ke atas meja dan menyelipkan tangan kanannya ke dalam celana dalam.dibayangkannya Mr. Rossi lah yg sedang mengusap-usap puting payudara dan klitorisnya. Sesekali Aira memasukkan kedua jari ke dalam lubang meqinya, dan dirasakannya kontraksi nikmat dari kedua paha.

Kamis, 27 April 2017

Pembantu Jadi Pemuas Nafsu

Rumah yg mewah, uang yg berlebihan dan fasilitas hidup yg lebih dari cukup ternyata bukan kunci kebahagiaan utk seorang wanita. Apalagi utk seorang wanita yg muda, cantik dan penuh vitalitas hidup seperti Yuli. Sdh satu bulan ini ia ditinggal suaminya bertugas ke luar kota. Padahal mereka belum lagi 6 bulan menikah. Pasti semakin mengesalkan juga, utk Yuli, kalau tugas dinas luar kota diperpanjang di luar rencana.

Seperti malam itu, ketika Gunawan, suami Yuli, menelepon utk menjelaskan bahwa ia tdk jadi pulang besok karena tugasnya diperpanjang 2 – 3 minggu lagi. Yuli keras mem-protes, tp menurut suaminya mau tdk mau ia harus menjalankan tugas. Waktu Yuli coba utk merayunya, supaya bisa datang utk ‘week-end’ saja, Gunawan menolak. Katanya repot jauh-jauh datang hanya utk sekedar ‘indehoy.’ Dgn hati panas Yuli bertanya:

Dlm keadaan marah, tersinggung, bercampur gemas karena birahi, Yuli membanting gagang telepon. Ia merasa sesuatu yg ‘nakal’ harus ia lakukan sebagai balas dendam kepada pasangan hidup yg sdh demikian melecehkannya. Kembali ia teringat kepada pembicaraannya dgn Yanti beberapa hari yg lalu, kala ia tanyakan bagaimana pembantu wanitanya itu menyalurkan hasrat sex-nya.
Waktu itu ia bercanda mengganggu janda muda yg sedang mencuci piring di dapur itu.
“Yanti, kamu rayu aja si Iman. Kan lumayan dapet daun muda.” Yanti tersenyum malu-malu. Katanya,
“Ah ibu bisa aja … Tp mana dia mau lagi.” Lalu sambil menengok ke kanan ke kiri, seolah-lah takut kalau ada yg mendengar Yanti mengatakan sesuatu yg membuat darah Yuli agak berdesir.
“Bu, si Iman itu orangnya lumayan lho. Apalagi kalau ngeliat dia telanjang nggak pakai baju.” Pura-pura kaget Yuli bertanya dgn nada heran:
“Kok kamu tau sih?” Tersipu-sipu Yanti menjelaskan.
“Waktu itu malam-malam Yanti pernah ke kamarnya mau pinjem balsem. Diketuk-ketuk kok pintunya nggak dibuka. Pas Yanti buka dia udah nyenyak tidur. Baru Yanti tau kalau tidur itu dia nggak pakai apa-apa.” Tersenyum Yuli menanyakan lebih lanjut.
“Jadi kamu liat punyaannya segala dong?” Kata Yanti bersemangat,
“Iya bu, aduh duh besarnya. Jadi kangen mantan suami. Biarpun punyanya nggak sebesar itu.” Setengah kurang percaya Yuli bertanya,
“Iman? Si Iman anak kecil itu?”
“Iya bu!” Yanti menegaskan.
“Iya Iman si Pariman itu. Kan nggak ada yg lainnya tho bu.” Lalu dgn nada bercanda Yuli bertanya mengganggu,
“Terus si Iman kamu tomplok ya?” Sambil melengos pergi Yanti menjawab,
“Ya nggak dong bu, ” kata Yanti sambil buru-buru pergi.
Cerita mesum terbaru, Dlm keadaan hati yg panas dan tersinggung jalan pikiran Yuli menjadi lain. Ia yg biasanya tdk terlalu memperdulikan Iman, sekarang sering memperhatikan pemuda itu dgn lebih cermat. Beberapa kali sampai anak muda itu merasa agak rikuh. Dari apa yg dilihatnya, ditambah cerita Yanti beberapa hari yg lalu, Yuli mulai merasa tertarik. Membayangkan ‘barang kepunyaan’ Iman, yg kata Yanti “aduh duh” itu membuat Yuli merasa sesuatu yg aneh. Mungkin sebagai kompensasi atau karena gengsi sikapnya menjadi agak dingin dan kaku terhadap Iman. Iman sendiri sampai merasa kurang enak dan bertanya-tanya apa gerangan salahnya.
Pada suatu hari, setelah sekian minggu tdk menerima ‘nafkah batin’nya, perasaan Yuli menjadi semakin tak tertahankan. Malam yg semakin larut tdk berhasil membuatnya tertidur. Ia merasa membutuhkan sesuatu. Akhirnya Yuli berdiri, diambilnya sebuah majalah bergambar dari dlm lemari dan pergilah ia ke kamar Iman di loteng bagian belakang rumah. Pelan-pelan diketuknya pintu kamar Iman.
Setelah diulangnya berkali-kali baru terdengar ada yg bangun dari tempat tidur dan membuka pintu. Wajah Iman tampak kaget melihat Yuli telah berdiri di depannya. Apalagi ketika wanita berkulit putih yg cantik itu langsung memasuki ruangannya. Agak kebingungan Iman melilitkan selimut tipisnya utk menutupi tubuh bagian bawahnya. Melihat tubuh Iman yg tdk berbaju itu Yuli menelan air liurnya. Lalu dgn nada agak ketus ia berkata,
“Sana kamu mandi, jangan lupa gosok gigi.” Iman menatap kebingungan,
“Sekarang bu?” Dgn nada kesal Yuli menegaskan,
‘Ia sekarang ,,, udah gitu aja nggak usah pake baju segala.” Tergopoh-gopoh Iman menuju ke kamar mandi, memenuhi permintaan Yuli.
Sementara Iman di kamar mandi Yuli duduk di kursi, sambil me!ihat-lihat sekitar kamar Iman. Pikirnya dlm hati, “Bersih, rapih juga ini anak.”
Kira-kira 10 atau 15 menit berselang Iman telah selesai.
“Maaf bu …,” katanya sambil memasuki ruangan.
Ia hanya mengenakan handuk yg melilit di pinggangnya.
“Saya pake baju dulu bu,” katanya sambil melangkah menuju lemari pakaiannya. Dgn nada ketus Yuli berkata,
“Nggak usah. Kamu duduk aja di tempat tidur … Bukan, bukan duduk gitu, berbaring aja.” Lalu sambil melempar majalah yg dibawanya ia menyuruh Iman membacanya.
Sambil melangkah keluar Yuli sempat berkata
“Sebentar lagi saya kembali.” Dgn kikuk dan kuatir Iman mulai membalik halaman demi halaman majalah porno di tangannya.
Tp ia tdk berani bertanya kepada Yuli, apa sebenarnya yg wanita itu inginkan.
Setelah saat-saat yg menegangkan itu berlangsung beberapa lama, Iman mulai terangsang juga melihat berbagai adegan senggama di majalah yg berada di tangannya itu. Ia merasa ‘alat kejantanannya mengeras. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Yuli melangkah masuk. Iman berusaha bangkit, tp sambil duduk di tepi pembaringan Yuli mendorong tubuhnya sampai tergeletak kembali. Tatapan matanya dingin, sama sekali tdk ada senyuman di bibirnya. Tp tetap saja ia terlihat cantik.
“Iman dengar kata-kata saya ya. Kamu saya minta melakukan sesuatu, tp jangan sampai kamu cerita ke siapa-siapa. Mengerti?” Iman hanya dapat mengangguk, walaupun ia masih merasa bingung.
Hampir ia menjerit ketika Yuli menyingkap handuknya terbuka. Apalagi ketika tangannya yg halus itu memegang ‘barang kepunyaan’nya yg tadi sdh tegang keras.
“Hmm ….. Besar juga ya punya kamu,” demikian Yuli menggumam. Diteruskannya mengocok-ngocok ‘daging kemaluan’ Iman, dgn mata terpejam. Pelan-pelan ketegangan Iman mulai sirna, dinikmatinya sensasi pengalamannya ini dgn rasa pasrah.
Tiba-tiba Yuli berdiri dan langsung meloloskan daster yg dikenakannya ke atas. Bagai patung pualam putih tubuhnya terlihat di mata Iman. Walaupun lampu di kamar itu tdk begitu terang, Iman dapat menyaksikan keindahan tubuh Yuli dgn jelas. Tertegun ia memandangi Yuli, sampai beberapa kali meneguk air liurnya. Tdk lama kemudian Yuli naik ke tempat tidur, diambilnya posisi mengangkangi Iman. Masih dgn nada ‘judes’ ia berkata …
“Yg akan saya lakukan ini bukan karena kamu, tp karena saya mau balas dendam. Jadi jangan kamu berpikiran macam-macam ya.” Lalu digenggamnya lagi ‘tonggak kejantanan” Iman dan diusap-usapkannya ‘bonggol kepala’nya ke bibir ke’maluan’nya sendiri.
Terus menerus dilakukannya hal ini sampai ‘memek’nya mulai basah. Lalu ditatapnya Iman dgn pandangan yg tajam. Katanya dgn suara ketus, …
“Jangan kamu berani-berani sentuh tubuh saya.” Setelah itu, …
“Juga jangan sampe kamu keluar di ‘punyaan’ saya. Awas ya.” Lalu di-pas-kannya ‘ujung kemaluan’ Iman di ‘bibir liang kewanitaan’nya dan ditekannya tubuhnya ke bawah.
Pelan-pelan tp pasti ‘barang kepunyaan’ Iman menusuk masuk ke ‘lubang kenikmatan’ Yuli. ‘Aduh … Ah … Man, besar amat sih” demikian Yuli sempat merintih. Setelah ‘kemaluan’ Iman benar-benar masuk Yuli mulai menggoyang pinggulnya. Suaranya sesekali mendesah keenakan.
Tdk lama kemudian dicapainya ‘orgasme’nya yg pertama. Hampir seperti orang kesakitan suara Yuli mengerang-erang panjang.
“Aah … Aargh … Aah, aduh enaknya … ” Seperti orang lupa diri Yuli mengungkapkan rasa puasnya dgn polos.
Tp ketika Yuli sadar bahwa kedua tangan Iman sedang mengusapi pahanya yg putih mulus, ditepisnya dgn kasar.
“Tadi saya bilang apa …!” Iman ketakutan, …
“Maaf bu.” Lalu perintah Yuli lagi, …
“Angkat tangannya ke atas.” Iman menurutinya, katanya …
“Baik bu.” Begitu melihat bidang dada dan buluketiak Iman Yuli kembali terangsang.
Sekali lagi ia menggoyang pinggulnya dgn bersemangat, sampai ia mencapai ‘orgasme’nya yg kedua. Setelah itu masih sekali lagi dicapainya puncak kenikmatan, walaupun tdk sehebat sebelumnya. Iman sendiri sebetulnya juga beberapa kali hampir keluar, tp karena tadi sdh di’wanti-wanti,’ maka ditahannya dgn sekuat tenaga. Rupanya Yuli sdh merasa puas, karena dicabutnya ‘alat kejantanan’ Iman yg masih keras itu. Dikenakannya kembali dasternya. Sekarang wajahnya terlihat jauh lebih lembut. Sebelum meninggalkan kamar Iman sempat ia menunjukkan apresiasi-nya.
“Kamu hebat Man …” lalu sambungnya
“Lusa malam aku kemari lagi ya.” Setelah itu masih sempat ia berpesan, ….
“O iya, kamu terusin aja sekarang sama Yanti … Dia mau kok.” Iman hanya mengangguk, tanpa mengucapkan apa-apa.
Sampai lama Iman belum dapat tertidur lelap, membayangkan kembali pengalaman yg baru saja berlalu. Kehilangan ke’perjaka’an tdk membuat Iman merasa sedih. Malah ada rasa bangga bahwa seorang wanita cantik dari kalangan berpunya seperti Yuli telah memilih dirinya.
Sesuai pesannya dua malam kemudian Yuli datang lagi ke kamar Iman. Kali ini pemuda itu sdh betul-betul menyiapkan dirinya. Jadi Yuli tinggal menaiki tubuhnya dan menikmati ‘alat kejantanan’nya yg keras itu. Walaupun suaranya masih ketus meminta Iman utk sama-sekali tdk menyentuh tubuhnya, kali ini Yuli sampai meremas-remas dada dan pinggul Iman ketika mencapai ‘orgasme’nya. Bahkan tdk lupa wanita cantik itu sempat memuji pemuda yg beruntung itu. Katanya, …
“Man, Pariman, kamu hebat sekali. Selama kawin aku belum pernah sepuas sekarang ini. Terma kasih ya.” Iman hanya menjawab terbata-bata, …
“Saya … Saya … seneng … Hm … Bisa nyenengin bu Yuli.” Sambil membuka pintu kamar Yuli berpesan.
Katanya, ….
“Iya Man, tp jangan bosen ya.” Lalu tambahnya lagi, …
“Udah, sekarang kamu terusin sama Yanti sana. Aku mau tidur dulu ya.”
Dua malam kemudian kembali Yuli menyambangi kamar Iman. Kebetulan tanpa penjelasan apapun siangnya ia sempat meminta pemuda itu utk mengganti seprei ranjang dan sarung bantalnya.
“Man … Kamu capek nggak? Yuli bertanya dgn lembut. Rupanya berkali-kali dipuaskan pemuda itu membuatnya sikapnya lebih ramah. Iman tersenyum, …
“Nggak kok bu. Saya siap dan seneng aja melayani ibu.” Tanpa malu-malu langsung Yuli melepaskan daster-nya.
Setelah itu dilorotnya kain sarung Iman. Dgn takjub ia memandangi kepunyaan lelaki itu. Tanpa sadar sempat ia memuji, …
“Aduh Man, udah besar amat sih kepunyaanmu.” Lalu sambil mengocok-ngocoknya Yuli sempat berkata, …
“Hmmm Man, keras lagi.” Lalu sambil membaringkan tubuhnya ia meminta, …
“Kamu dari atas ya Man. Aku mau coba di bawah.” Langsung Iman memposisikan ‘kemaluan’nya di antara celah paha Yuli.
Lelaki muda itu betul-betul terangsang melihat kemolekan nyonya muda yg sedang marah kepada suaminya itu. Tdk pernah terbayang sebelumnya bahwa ia boleh mencicipi tubuh yg seputih dan semulus ini. Apalagi Yuli sekarang tdk lagi judes dan ketus seperti pada malam-malam sebelumnya, sehingga semakin tampak saja kecantikannya. Sempat terpikir oleh pemuda itu mungkin judes dan ketusnya dulu itu hanya utk mengatasi rasa malu dan gengsinya saja.
“Man …” Yuli memanggilnya lembut, setengah berbisik.
“Iya bu …”
“Kamu gesek-gesek punyaanmu ke punyaanku dulu ya. Terus masukinnya nanti pelan-pelan.” Diikutinya permintaan Yuli, digesek-geseknya ‘bibir kemaluan’ Yuli dgn ‘ujung kejantanannya.’ Yuli mendesah kegelian, hingga membuat Iman lupa diri. Tangannya mulai mengusap-usap paha dan perut Yuli.
Tp wanita cantik itu menepis tangannya.
“Jangan sentuh tubuhku, jangan ….” serunya tegas.
Iman segera berhenti, ditariknya tangannya. Tdk berapa lama kemudian terdengar Yuli meminta.
“Man, masukin pelan-pelan Man. Tp ingat … Jangan sampai keluar di dlm ya.” Pelan-pelan Iman mendorong ‘batang keras’nya memasuki ‘liang kenikmatan’ Yuli.
Perlahan tp pasti, sedikit demi sedikit, ‘tombak kejantanan’nya menerobos masuk. Yuli terus mendesah keenakan.
“Maaf bu, saya mohon ijin memegang paha ibu, supaya punya ibu lebih kebuka.” Akhirnya Iman memberanikan diri meminta. Dgn terpaksa Yuli mengijinkan, …
“Iya deh. Tp bagian bawahnya aja ya.” Begitu diberi ijin Iman langsung melakukannya.
Walaupun tubuhnya tegak, karena kuatir menetesi tubuh Yuli dgn keringatnya, ia dapat menghunjamkan ‘barang kepunyaan’nya masuk lebih jauh.
“Ah Man, nikmat sekali.” Yuli berseru keenakan.
Langsung Iman menggoyangkan pinggulnya, ke kanan dan ke kiri, mundur dan maju. Yuli terus mendesah keenakan, semakin lama semakin keras. Pada puncaknya ia menjerit lembut dan mengerang panjang. “Aduh Man, aku udah. Aduh enak sekali. Aaah, Maaan …. Aaah!”
Sementara beristirahat Iman menarik keluar ‘batang kemaluan’nya dan melapnya dgn handuk. Dgn tatapan penuh hasrat Yuli memandangi ‘kemaluan’ Iman yg tetap kaku dan keras. Pada ‘ronde’ berikutnya Iman yg bertindak mengambil inisiatif.
“Maaf bu …” katanya sambil kedua tangannya mendorong paha mulus Yuli hingga terbuka lebar.
Yuli hanya mengangguk lemah, sikapnya pasrah. Rupanya rasa gengsi atau angkuhnya sdh mulai sirna di hadapan pemuda pejantannya. Ditatapnya wajah Iman dgn seksama. Sekarang baru ia sadar bahwa Iman bukan hanya jantan, tp juga lumayan ganteng. Begitu berhasil menembus ‘liang kemaluan’ Yuli, yg merah merangsang itu, Iman mulai beraksi. Sekali lagi goyangannya berakhir dgn kepuasan Yuli. … setelah itu sekali lagi …
Yuli tergolek lemah. Dibiarkannya Iman memandangi tubuhnya yg terbaring tanpa busana. Mungkin karena itulah ‘alat kejantanan’ Iman, yg memang belum ber-‘ejakulasi,’ tetap berada dlm keadaan tegang.
“Man … ” suara Yuli terdengar memecah keheningan.
“Kamu kok hebat sekali sih? Udah sering ya?” Iman menggelengkan kepalanya.
“Belum pernah bu. Baru sekali ini saya melakukan. Sama ibu ini aja.” Dgn heran Yuli menatapnya, lalu tersenyum karena teringat sesuatu.
Tanyanya langsung, …
“Tp udah dikeluarin sama Yanti kan?” Jawab Iman, …
“Belum kok bu.” Semakin heran Yuli. “Lho yg kemarin-kemarin itu? Kan udah saya kasih ijin.” Dgn polos Iman menjawab, …
“Iya bu, tp saya nggak kepengen.” Yuli penasaran, …
“Lho kenapa?” Dgn polos Iman menjawab, …
“Abis barusan sama ibu yg cantik, masa’ disambung sama mbak Yanti. Rasanya kok eman-eman ya bu.”
“Jadi selama ini kamu tahan aja?” Jawab Iman, …
“Iya bu, menurut saya kok sayang.” Entah bagaimana Yuli merasa senang mendengar jawaban Iman.
Ada rasa hangat di hatinya.
“Ah sayang aku udah puas. Mana besok mens lagi …” Tp ada rasa kasihan juga yg membersit di hatinya.
Hebat juga pengorbanan Iman, yg lahir dari penghargaan kepadanya itu. Akhirnya ia mengambil keputusan …
“Sini Man, sekarang kamu yg baring di sini.” Kata Yuli sambil bangun dari posisinya semula.
Iman menatapnya dgn pandangan bertanya, tp diikutinya permintaan majikannya. Yuli segera membersihkan ‘barang kepunyaan’ Iman dgn handuk. Karena dipegang-pegang ‘daging berurat’ milik Iman kembali mengeras penuh. Sambil duduk di tepi ranjang Yuli mulai mengelus-elusnya. Sempat ia berdecak kagum menyaksikan kekokohan dan kerasnya. Dirasakannya ukuran ‘daging keras’ Iman yg besar, ketika berada dlm genggaman tangannya. Keenakan Iman, hingga matanya sesekali terpejam. Bibirnya juga mendesis, bahkan sesekali mengerang. Tangan kanannya di tempatkannya di bawah kepalanya.
Tangan kirinya mengusap-usap lengan Yuli yg sedang mengocok-ngocok ‘barang kepunyaan’nya. Kali ini Yuli membiarkan apa yg pemuda itu ingin lakukan. Setelah beberapa saat berlalu Iman mulai mendekati puncak pengalamannya.
“Bu, saya hampir bu” Lalu lanjutnya lagi,
“Awas bu, awas kena, saya udah hampir.” Yuli hanya tersenyum. Katanya,
“Lepas aja Man, nggak apa-apa kok.” Setelah berusaha menahan, demi memperpanjang kenikmatan yg dirasanya, akhirnya Iman terpaksa menyerah.
“Aduh bu aduuuh aaah …” Cairan kental ‘muncrat’ terlontar berkali-kali dari ‘daging keras’nya, yg terus dikocok-kocok Yuli.
Tanpa sadar kedua tangan Iman mencengkeram lengan Yuli dan menariknya. Tubuh wanita itu tertarik mendoyong ke atas tubuh Iman. Akibatnya cairan kental Iman juga tersembur ke dada dan perutnya. Tp Yuli membiarkannya saja, seakan-akan menyukainya. Setelah ‘air mani’nya terkuras habis baru Iman sadar atas perbuatannya.
“Maaf bu, saya tdk sengaja …” Matanya terlihat kuatir.
Yuli hanya tersenyum,
“Nggak apa-apa kok Man.” Lalu sambungnya, …
“Aduh Man, kentelnya punyaan kamu. Banyak amat sih muatannya. .” Iman bernafas lega, apalagi ketika dilihatnya Yuli melap badannya sendiri, lalu setelah itu badan dan ‘batang terkulai’ miliknya dgn handuk.
Sambil bangkit berdiri Yuli mengenakan dasternya. Lalu ia berdiri di depan Iman yg masih duduk di tepi pembaringan.
“Menurut kamu aku cantik nggak Man?” Tanyanya kepada pemuda itu.
“Cantik dong bu, cantik sekali.” Sambil mengelus pipi Iman ia bertanya lagi, …
“Kamu bisa nggak sementara nahan dulu?” Iman terlihat kecewa,
“Berapa hari bu?” Tersenyum manis Yuli menjwab,
“Yah, sekitar 5-6 hari deh.” Iman mengangguk tanda mengerti dan menatapnya dgn pandangan sayang. Yuli membungkuk dan meremas ‘batang kemaluan’ Iman yg masih lumayan keras.
“Punya kamu yg besar ini simpan baik-baik ya buat aku.” Lalu dgn gayanya yg manis ‘kemayu’ ia membuka pintu dan melangkah keluar.
Sementara berlangsungnya masa penantian cukup banyak perubahan yg terjadi. Iman sekarang nampak lebih baik penampilannya daripada waktu-waktu sebelumnya. Rambutnya ia cukur rapi dan pakaian yg dikenakannya selalu bersih. Ia sendiri tampak semakin PD atau percaya diri, kalaupun sikapnya kepada Yuli tetap sopan dan santun. Apalagi ia yg dulu-dulu tdk pernah dipandang sebelah mata, oleh nyonyanya, sekarang sering diajak mengobrol atau menonton TV.
Semua ini tentu saja menimbulkan tanda-tanya, terutama dari orang-orang seperti Yanti. Apalagi Yuli sering tanpa sadar membicarakan tentang Iman, dgn nada yg memuji. Di waktu malam Yuli kadang-kadang terlihat melamun sendiri. Tp rupanya bukan memikirkan tentang suaminya yg lama bertugas ke luar Jawa. Ia malah sedang merindukan orang yg dekat-dekat saja.
Setelah selesai masa menstruasi-nya Yuli masih menunggu dua hari lagi, setelah itu baru ia merasa siap. Sore itu ketika berpapasan dgn Iman ia memanggilnya.
“Shst sini Man.” Iman menghampirinya, …
“Ada apa bu?” Dgn berseri-seri Yuli menjelaskan, …
“Nanti malam ya.” Iman merasa senang.
“Udah bu? Kalau begitu saya tunggu di kamar saya ya bu. Nanti saya beresin.” Tp kata Yuli, …
“Ah jangan, kamu aja yg ke kamarku. Jam 11-an ya?” Sambil melangkah pergi dgn tersenyum Iman mengiyakan.
Yuli benar-benar ingin tampil cantik. Dibasuhnya tubuhnya dgn sabun wangi merk ‘channel.’ Tdk lupa dikeramasnya juga rambutnya yg hitam, panjang dan lebat itu. Lalu dikenakannya gaun malam yg paling ‘sexy,’ yg terbuka punggung dan lengannya. Sengaja tdk dipakainya ‘bra.’ Setelah itu masih dibubuhinya tubuhnya dgn ‘perfume’ dan sedikit kosmetik. Begitu juga dgn Iman. Setelah mandi dan keramas dipakainya ‘deodorant’ dan ‘cologne’ pemberian Yuli. Jam sebelas kurang sdh diketuknya pintu ruang tidur utama, yaitu kamar Yuli.
Yuli membuka pintu dan menggandeng tangan Iman. Pemuda itu tertegun menyaksikan kecantikan wanita yg berkulit putih itu. Yuli mengajak Iman duduk di tepi ranjang. Ditatapnya mata pemuda itu yg balik menatapnya dgn rasa kagum. Yuli tersenyum.
“Malam ini kamu hanya boleh manggil aku Yuli atau sayang. Mau kan?” Iman mengangguk sambil menelan ludah.
Kata Yuli lagi, …
“Malam ini ini kamu boleh memegang saya dan melakukan apa aja yg kamu mau.” Agak gugup Iman menjawab, …
“Eng … Terima kasih … Eng … Sayang. Kamu kok baik sekali. Kenapa? Saya ini orang yg nggak punya apa-apa dan nggak bisa ngasih apa-apa.” Yuli merangkulkan tangannya ke leher Iman dan menidurkan kepalanya di bahu iman.
“Kamu salah Man. Kamu itu laki-laki yg bisa memberi saya kepuasan yg total. Sejak kawin saya belum pernah mengalami seperti yg saya dapat dari kamu.” Lalu sambil tersenyum Yuli meminta, …
“Sini Yg, cium aku.” Iman mendekatkan bibirnya ke bibir Yuli, lalu menciumnya.
Tp karena kurang berpengalaman akhirnya Yuli yg lebih agresif, baru kemudian Iman mengikuti secara lebih aktif. Kedua bibir itu akhirnya saling berpagutan dgn penuh semangat.
Dgn penuh gairah Yuli melepas baju Iman. Sebaliknya Iman agak malu-malu pada awalnya, tp akhirnya menjadi semakin berani. Dilepasnya gaun malam Yuli, sambil diciuminya lehernya yg ramping, panjang dan molek itu. Dgn gemas tangannya meremas buah dada Yuli yg ranum. Karena Yuli membiarkan saja akhirnya ia berani menciumi, lalu mengulum puting buah dada yg indah itu. Yuli kegelian. Tangannya mengusap-usap tonjolan di celana Iman.
Kemudian dibukanya ‘ruitslijting’ celananya. Tangannya menguak celana dlm Iman dan masuk utk menggenggam ‘batang kemaluan’nya yg telah mengeras. Tangan Iman juga langsung melepas celana dlm Yuli, kemudian langsung ditaruhnya tangannya di celah paha Yuli. Wanita cantik itu mengerang nikmat, rupanya sebelum dgn Iman rasanya cukup lama juga ‘milik berharga’nya itu tdk disentuh tangan lelaki. Kemudian Yuli berlutut di depan Iman, hingga membuat pemuda itu merasa jengah. Ditariknya celana panjang Iman, sampai lepas. Lalu dimintanya Iman berbaring di tempat tidur.
Iman sempat merasa agak kikuk, tp gairah Yuli segera membuatnya merasa nyaman. Dipeluknya wanita itu dikecup-kecupnya lengan, dada, perut, bahkan pahanya. Karena kegelian Yuli mendorong dada Iman hingga sampai terbaring. Sekarang gantian ia yg menciumi tubuh pemuda itu. Dgn mantap dilorotnya celana dlm Iman hingga terlepas. Cepat digenggamnya ‘batang kemaluan’ Iman yg sdh tegang keras berdenyut-denyut.
“Man, Iman, besarnya punya kamu. Keras lagi …” Iman tersenyum, …
“Abis kamu cantik sih Yg.” Sambil mengocok-ngocok ‘kemaluan’ Iman dgn manja Yuli berkata, …
“Rasanya aku gemes deh Man.” Iman tersenyum nakal, entah apa yg ada dipikirannya.
Ia hanya menanggapi singkat, …
“Kalau gemes gimana dong Yg?” Yuli tersenyum manis.
Tiba-tiba diciuminya ‘kemaluan’ Iman, hingga membuat pemuda itu terkejut. Dgn tatapan heran, tp senang, dilihatnya Yuli kemudian menjilati ‘alat kejantanan’nya. Mulai dari ‘bonggol kepala,’ terus sepanjang ‘batang’nya, bahkan sampai ke ‘kantung buah zakar’nya. Ketika Yuli mengulum ‘kemaluan’nya di mulutnya Iman mengerang keenakan.
“Aduh sayang, aduh enak sekali … Ah enaknya.”
Akhirnya Iman tdk tahan lagi. Ditariknya Yuli dgn lembut lalu dibaringkannya terlentang. Didorongnya kedua paha Yuli hingga terbuka lebar. Masih sempat diciumi dan dijilatinya tubuh Yuli bagian atas, termasuk mengemut puting buah dadanya seperti bayi yg lapar. Lalu pelan-pelan didorongnya ‘alat kejantanan’nya masuk, menguak bibir ‘memek’ Yuli yg ranum, menyusuri liang kenikmatannya.
“Pelan-pelan Man, … Punya kamu terasa besar amat sih malam ini, … Aah …” Yuli mengerang keenakan.
Akhirnya dgn sentakan terakhir Iman menghunjamkan ‘batang kemaluan’nya yg besar itu masuk. Begitu ia menggoyang pinggulnya Yuli langsung mendesah. Rasanya nikmat sekali digagahi pemuda yg penuh vitalitas dan enerji ini. Iman terus menggerakkan ‘alat kejantanan’nya maju mundur, hingga membuat Yuli mendesah dgn tanpa henti. Akibat gaya Iman yg agresif ini Yuli tdk mampu menahan dirinya lebih dari 10 menit. Ia merasa seperti dilambungkan tinggi, sewaktu dicapainya puncak ‘orgasme’nya yg pertama.
“Aduh Man, aduh, aku sayang kamu …. Aaah” Erangan panjang keluar dari bibir Yuli.
Tp Iman ternyata masih kuat. Diteruskannya gerakan maju-mundur dgn pinggulnya. Akibatnya sensasi nikmat Yuli, yg tadi hampir mereda, mulai meningkat lagi. Lima belas menit atau dua puluh menit berlalu sampai terdengar lagi jeritan Yuli.
“Man … Pariman … Yg … Aku lagi … Yg … Aaah … Aaah” Sekali inipun Iman merasa sdh hampir tiba di ujung daya tahannya.
“Yuli … Sayang, saya hampir …. Boleh?” Dgn nafas tersengal-sengal Yuli memintanya, …
“Iya Man, lepas sekarang Man …” Segera Iman mendorong dgn hentakan-hentakan keras.
“Yuli … Sayang … Aaah” Begitu Iman menyemburkan ‘sperma’nya ke dlm ‘memek’ Yuli, ujung kepala kemaluannya berdenyut-denyut.
Akibatnya Yuli kembali merasa kegelian yg nikmat.
“Man aduh Man aduh …”
Yuli terkulai lemah.
“Peluk aku dong Yank …” Disusupkannya kepalanya di ketiak Iman.
Tangannya mengusap-usap dadanya yg berkeringat.
“Kamu puas Man …?” Tanya Yuli kepada Iman.
“Puas Sayang, puas sekali” Dlm keheningan malam mereka berdua terbaring saling berpelukan, sampai Iman merasa tenaganya pulih.
Sekali lagi ia minta dilayani. Walaupun Yuli sdh merasa cukup, dipenuhinya kemauan pejantan mudanya itu. Dgn kagum dirasakannya bagaimana sekali lagi ia dipuaskan oleh birahi Iman. Akhirnya baru menjelang subuh Iman beranjak pergi utk kembali ke kamarnya.


Rabu, 26 April 2017

Ngesex Mona Di Kantor


Halo, perkenalkan namaku Mona 27 tahun berasal dari Sumatra Utara. Aku sdh berkeluarga dgn 1 anak yg masih berusia 3 tahun. Aku dan R suamiku hidup sangat romantis dan sebenarnya keharmonisan kami sdh terbentuk sejak kami masih berteman (R adalah rekan kerja satu kantor sampai sekarang) yg seiring berjalannya waktu kamipun berpacaran.
Cerita sex hot, Ternyata keasikan pertemanan kami setelah memasuki masa pacaran tdk mengalami perubahan malah semakin kompak karena utk pulang kerumah aku tdk perlu kuatir jam berapapun karena R dgn setia siap mengantarku pulang atau kalau aku yg lembur maka R akan pulang duluan lalu kembali ke kantor utk menjemput. Maklumlah sekalipun posisiku dikantor masih tergolong pegawai biasa tetapi kesibukan seolah tdk pernah berhenti dan aku sangat menikmati pekerjaan itu.
Oh ya aku saat ini aku bekerja di bagian keuangan salah satu NGO asing yg menangani perpajakan sehingga banyak sekali tugasku menuntut aku hrs banyak menghabiskan waktu utk berhubungan dgn orang-orang pajak yg sdh menjadi rahasia umum sangat banyak tuntutan.

Selasa, 25 April 2017

Lukman Mantan Sopir Ayahku

Entah merupakan hasil benih dgn dgn Angga, adik laki-lakiku, atau bukan tp yg jelas setelah ML terakhir denganya akhirnya aku pun hamil. Padahal sejak pertama kalinya melakukan ML aku tdk pernah hamil walaupun seluruh pasanganku selalu mengeluarkan spermanya di dalam. Tentu saja semua hal tersebut tdk pernah aku ceritakan kepada suamiku. Saat ini aku sudah memiliki seorang anak perempuan yg cantik.
Suamiku adalah seorang pegawai di salah satu Bank pemerintah. Mungkin karena suamiku ingin karirnya lebih meningkat, maka akhir-akhir ini dia jarang pulang tepat waktu karena sudah lelah maka apabila suamiku sedang berada di rumah, yg dia lakukan hanyalah makan, istirahat dan tidur. Hari-hariku juga terasa membosankan karena sebagai ibu rumah tangga dgn rutinitas yg itu-itu saja. Suamiku kemudian menyarankan agar aku memiliki kegiatan agar tdk terlalu bosan.

Senin, 24 April 2017

Merenggut Keperawanan Kakak Kandung

Nama saya Fai, saya 3 bersaudara, saya anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 4 tahun lebih tua dariku. Saya ingin menceritakan kejadian yg menimpa kehidupan sex saya 2 tahun yg lalu.

Pada waktu itu saya berumur 17 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak saya berusia 21 tahun dan sudah kuliah. Kakak saya orangnya sangat sexy, orang bilang mukanya seksi banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih mullus dan bra sya kira 36-an, tp yg paling menyolok dari dia adalah pantatnya yg bulat besar dan bahenol. Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai saya sebagai adik kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.

Kamis, 13 April 2017

Bu Asna Dosenku

Agen Poker Online

Aku adalah mahasiswa arsitektur tingkat akhir di sebuah universitas swasta di kota Bandung, dan sudah saatnya melaksanakan tugas akhir sebagai prasyarat kelulusan. Beruntung, aku kebagian seorang dosen tang santai dan kebetulan adalah seorang ibu. Asna namanya, usianya 30 thn cerdas dan cantik

Cukup sulit utk menggambarkan kejelitaan sang ibu. Bersuami seorang dosen pula yg kebetulan adalah favorit anak-anak karena moderat dan sangat akomodatif. Singkat kata banyak teman-temanku yg sedikit iri mengetahui aku kebagian pembimbing Ibu Asna.

“Dasar lu… enak amat kebagian ibu yg cantik jelita…” Kalau sudah begitu aku hanya tersenyum kecil, toh bisa apa sih pikirku.

Proses asistensi dengan Ibu Asna sangat mengasyikan, sebab selain beliau berwawasan luas, aku jg disuguhkan kemolekan tubuh dan wajah beliau yg diam-diam kukagumi. Makanya dibanding teman-temanku termasuk rajin berasistensi dan progres gambarku lumayan pesat. Setiap asistensi membawa kami berdua semakin akrab satu sama lain. Bahkan suatu saat, aku membawakan beberapa kuntum bunga aster yg kutahu sangat disukainya. Sambil tersenyum dia berucap,

“Kamu mencoba merayu Ibu, Ben?”

Kamis, 06 April 2017

Malam Pertama

Nyata Namaku Rara, statusku kini sudah resmi menikah, setelah sekian lama menjalin asmara tanpa surat nikah dengan pacarku. Dan akhirnya pagi tadi sekitar pukul 09.00 dengan disaksikan kedua orang tua kami, saksi resmi, saudara dan tamu undangan yang sengaja di undangan untuk menyaksikan proses akad nikah kami. Kami telah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah, bebas untuk melakukan hubungan seks kapan saja dimana saja baik siang, malam, dikamar, didapur, dikamar mandi, sambil nonton TV, pokoknya kata pak penghulu sudah bebas sebebas-bebasnya asal sesuai dengan aturan agama yang kami anut.


Setelah acara selesai sekitar pukul 23.30 kami masuk ke kamar pengantin, saatnya untuk malam pertama. Sudah tak ada tamu yang dating lagi, orang-orang di rumah pun hanya tinggal beberapa orang saja yang belum tidur, menunggu peralatan resepsi, mereka pasti capek karena acara melayani tamu yang berdatangan.
Setelah mengunci rapat pintu kamar, suamiku berbisik padaku
“Yank ini malam pertama kita sebagai suami istri, enaknya kita ngapain ya?” tanyanya padaku.
Aku tertunduk malu mendengar pertanyaan itu, kugelengkan kepalaku isyarat menjawab tak tahu. Padahal aslinya banyak yang ingin kuperbuat dengan suamiku, namun entah karena apa aku jadi malu-malu, aku hanya terdiam.

Selasa, 04 April 2017

Dipaksa Tapi Nikmat Sekali

Aq pulang kampung dari majikanku di kota, hampir 8 bln aq menganggur di kampung, dan aq hanya bisa membantu ibuku masak dan pergi keladang, aq juga disuruh untuk segera menikah, tapi laki-laki yg ada dikampungku nggak begitu menarik hati, kalau terpaksa menikah dengan laki-laki yg ada dikampungku, sama saja tak jauh beda dengan ibuku nasibku.


Maka aq segera mencari lowongan kerja di koran. Namun dengan ijazahku yg hanya SMP lowongan yg susai hanya PRT. Setelah pamit dan berbekal tekad yg menggebu-gebu aq pun menuju ke alamat salah satu pemasang iklan yg tinggalnya di kota terdekat dengan desaku.
Rumah itu besar dan mewah. Kutekan bel di pintu gerbang dan keluarlah seorang perempuan 40 tahunan. Yg membuatku terkejut, ternyata ia berwajah seperti artis india yg sering kulihat di TV. Ada tanda titik di dahinya.
“Apakah benar di sini mencari pembantu rumah tangga, bu?” tanyaku.
“Iya benar, dik”
“Saya mau melamar, bu” sambungku. Ia menamatiku sebentar.
“Mari masuk dulu, dik” ajaknya. -cerita sex pembanmtu-
“Nama kamu siapa? Dan kamu dari mana, dik?” tanyanya.
Aq pun menjelaskan diriku apa adanya, kecuali tentu saja pengalamanku 3 thn menjadi PRT pak N.
“Baiklah, kamu saya terima bekerja di sini, Nis. Dengan gaji 450 ribu sebulan, tapi kamu harus menjalani percobaan selama 1 bln. Kalau tdk ada masalah akan saya pakai terus. Bagaimana>” katanya.
Aq pun langsung mengangguk, soalnya gaji 450 ribu buat seorang pembantu sangat tinggi menurutku.
Dulu pak N pun aq hanya di gaji 300 ribu, tentu saja di luar ‘tips (baik berupa uang maupun barang)’ yg kuterima karena pelayan sex ku.

Senin, 03 April 2017

Permainan Hot Citra


Seperti hari-hari biasanya, pulang kerja aq selalu memanfaatkan waktu untuk beristirahat di sebuah cafe yg letaknya tdk jauh dari tempatku bekerja. Sedang asyik menikmati jucie mangga kesukaanku, tiba-tiba hp ku berdering. Aq lihat siapa yg menelponku, ternyata nomornya tdk aq kenal sama sekali. Dengan bermalas-malasan, kuangkat juga telepon itu.
“Halo…” aq mencoba bicara sesopan mungkin.
“Ya halo. Ini Gugun ya” ujar suara lembut dari seberang sana.
“Maaf ini siapa ya, saya tak mengenal suara anda” jawabku dengan sedikit penasaran. Soalnya, sama sekali aq tak mengenal suara tersebut, termasuk nomor teleponnya.
“Ini Citra, kita memang belum pernah kenal kok” jawabku semakin membuatku penasaran.
“Citra…? Terus, dari mana kamu mendapatkan nomor HP saya” aq coba bertanya.
“Nanti kamu akan tau juga kok. Kita bisa ketemuan nggak?” ujarnya lagi
Aq sedikit terkejut. Soalnya, selain aq tak mengenalnya sama sekali, aq juga tak tau apa maunya wanita itu ingin bertemu denganku. Namun dengan masih penasaran, akhirnya aq menyggupi permintaannya untuk ketemuan di sebuah mall yg cukup terkenal di kotaku.
Setelah menghabiskan sisa juice mannga di hadapanku, aq langsung menghidupkan mesin mobil dan melaju arah utara, menuju pusat perbelanjaan tempat aq janjian bertemu dengannya.
Sesampai di tempat kami janjian untuk bertemu, aq coba untuk menghubungi nomor HP-nya yg masih tersimpan di HP-ku. Seketika terdengar suara dering HP milik seorang cewek cantik yg berdiri tak jauh dari tempatku berada. Seketika aq matikan kontak telepon dengannya, dan langsung menuju arah cewek itu.
“Citra ya, saya Gugun..,” aq mengulurkan tangan memperkenalkan diri.
“Citra,” kurasakan tangannya yg lembut bersentuhan dengan tanganku.
Setelah berkenalan, aq ajak dia untuk masuk ke salah satu cafe yg ada di pusat perbelanjaan itu, sekaligus untuk mengobrol. Dari percakapannya dengannya, ia menyatakan mendapatkan nomor HP-ku dari seseorang yg katanya kenal denganku. Tapi ketika memberikan nama orang yg memberikan nomor HP-ku itu padanya, ternyata aq juga tdk mengenalnya sama sekali.
“Persetan dengan orang yg memberikan nomor HP-ku, yg penting bisa berkenalan dengan cewek cantik,” ujarku dalam hati.
Dari pembicaraanku dengannya, ternyata kuketahui ia kuliah di fakultas hukum di Universitas “BH” yg cukup terkenal di kotaku, dan kost di daerah “T” yg dekat dengan bandara. Dari ceritanya, aq juga bisa menebak bahwa ia saat ini sedang kebingungan setelah ditinggal pergi sang pacar.
“Sudahlah, tak usah dipikirkan lagi. Justru kalau kamu memikirkannya terus, akan menambah beban pikiranmu,” ujarku sambil coba menenangkan perasaannya dengan membelai rambutnya yg direbonding.
Dan tanpa kusadari, ternyata ia merebahkan kepalanya ke dadaku. Aq terkejut bukan main, karena tak menygka ia akan begitu. Lalu perlahan, aq tawarkan padanya untuk pergi dari tempat itu mencari tempat yg bebas untuk bercerita. Ia setuju, dan kamipun meluncur menuju pinggir pantai.
Dalam suasana yg sejuk dan senja mulai merambat turun itu, aq memberanikan diri untuk merengkuh pundaknya. Ia terlihat pasrah, dan aq jadi makin berani untuk berbuat lebih lagi. Ku coba kembali membelai rambutnya dan mengecup lembut keningnya, terus turun ke bibirnya yg ranum.
“Ah..,” dia mendesah.
Aq jadi semakin berani. Lidahku mulai keluar masuk ke rongga mulutnya, dan perbuatanku itu ternyata mendapat balasan darinya. Aq jadi semakin berani, dan tanganku coba meremas daging kenyal di dadanya, sementara ia juga terlihat mencoba menrambat ke sela-sela sudut pahaku.
Citra terlihat mulai tak sabaran untuk bisa mengelus-elus rudalku yg sudah menegang sejak tadi. Secara perlahan-lahan, ia mencoba untuk bisa membuka resluiting celana ku, dan sesaat ia terkejut merasakan betapa besarnya punyaku.
“Oh.., besar sekali,” katanya, dan aq hanya tersenyum menanggapinya sambil tanganku tetap bermain di puting susunya.
Ciuman bibirku mulai turun ke leher, dan terus turun ke bawah serta berhenti sejenak di puncak bukit kembarnya. Disini, aq permainkan puting susunya dengan lidahku, sehingga membuatnya tak kuasa menahan gejolak hawa nafsunya. Tampaknya, ia sudah tak sabaran lagi untuk melanjutkan aktivitasnya ke arah yg lebih intim lagi, karena ia sudah mulai berusaha untuk melorotkan celana dalamku.
“Jangan disini, Citra. Kita cari tempat istirahat yg aman yuk,” ajakku, yg ternyata dibalas dengan anggukan.
Tanpa pikir panjang, segera aq hidupkan mesin mobilku, dan menuju sebuah hotel “P” yg terletak di jalan Dobi bersebelahan dengan Bank BNI. Begitu masuk kamar, aq segera memeluknya dan mengulum bibirnya dengan penuh nafsu. Sementara ia kulihat sibuk membuka kancing-kancing baju kemeja yg kupakai dan kemudian melorotkan celana panjangku.
Akupun tak mau kalah. Dengan sekali tarik, aq berhasil melepaskan baju kaos yg dipakainya dan kemudian menarik resluiting celana jeans yg dipakainya, sehingga tinggallah ia hanya mengenakan BH hitam dan CD yg juga berwarna hitam.
Tanpa membuang waktu lagi, aq dorong tubuhnya ke ranjang yg berukuran besar itu setelah berhasil membuka kait BH dengan ukuran 34B di bagian belakang tubuhnya, sehingga terlihatlah dua buah gunung putih yg menyembul dengan puncaknya yg berwarna pink. Tanpa menunggu lagi, segera aq hisap puting susunya yg berwarna pink itu dan sekali-sekali memainkannya dengan ujung lidahku.
“Ahh, Gugun..!” serunya.
“Citra, mimikmu begitu indah dan kenyal. Aq sangat menyukainya,” ujarku.
“Terus, Gugun. Ohh, geli..,” desahnya.
Mendengar desahannya itu, aq jadi semakin bernafsu. Jilatanku terus merambat turun ke pusarnya, dan terus ke gundukan di sela kedua pahanya. Dengan lihainya, aq permainkan clitorisnya yg sudah mulai menyembul dengan ujung lidahku, dan aq terus memasukkan ujung lidahku hingga ke dalam. Tiba-tiba, ia mengangat pinggulnya dan berteriak,
“Ah.., terus.. niiik.. maattt..!” racaunya.
Sementara aq terus mempermainkan rongga kenikmatannya, Citra juga terlihat semakin kencang menggoyang-goyang pinggulnya. Dan tiba-tiba ia berteriak dengan kuat.
“Ah, aq.. ke.. luar..,” dan terlihat tubuhnya mengejang dengan mata terpejam.
Sementara di lubang kenikmatannya terlihat cukup banyak cairan yg keluar. Aq merasakan rasa asin bercampur manis dengan aroma yg harum dan terasa panas.
Dengan rakusnya, aq jilat seluruh cairan yg keluar dari rongga kewanitaannya itu, dan tubuhku terus merambat naik ke atas. Disini, aq permainkan kembali puting susunya yg terlihat begitu indah. Rasanya, tak ingin aq melepaskan bibirku dari sana.
Tak lama kemudian, aq lihat Citra kembali menggeliat dan mendesah-desah. Ia tampak kembali terangsang dan minta aq segera memasukkan rudalku yg berukuran 16 Cm dengan diameter 3 cm itu ke lubang vaginanya.
“Ayo Gugun, Citra sudah nggak tahan lagi,” erangnya.
Tanpa menunggu lama lagi, segera aq arahkan rudalku ke lubang vaginanya. Secara perlahan-lahan tapi pasti, ujung rudalku mulai menyeruak masuk ke lubang vaginanya yg berbulu tipis itu. Aq merasakan punyaku cukup sulit menembus lubangnya yg ternyata masih sempit itu. Namun aq terus memaksanya untuk bisa masuk.
“Ah, pelan-pelan ya..,” erangnya.
Kembali aq tekan kepala rudalku untuk masuk ke lubang vaginanya secara perlahan-lahan, sehingga akhirnya aq berhasil memasukkan seluruh rudalku dan merasakan ujungnya menyentuh dasar vaginanya.
“Oh, nikmat sekali,” katanya sambil mendesah.
Aq semakin bernafsu untuk menggenjot terus lubang kenikmatannya mendengar desahannya. Semakin dia menceracau tak karuan, semakin kencang aq mengeluarkan dan memasukkan rudalku ke lubang kenikmatannya.
“Oh Gugun, aq.. mau.. ke.. luar lagi,” desahnya.
“Tahan dulu ya sayang, aq juga.. su.. dah.. mau sampai.. Keluarkan dimana..?” tanyaku.
“Di lu..” Belum sempat ia menjawab, aq sudah tdk bisa menahannya lagi, sehingga akibatnya.
“Crett.. Crett.. Crett.. Crett!” beberapa kali tembakan pejuhku yg cukup banyak menghantam dinding vaginanya, sementara pada saat bersamaan aq juga merasakan cairan hangat menyelimuti batang kemaluanku.
“Maaf Citra, aq tak kuasa lagi menahannya dan pejuhku tertancap di lubang vaginamu,” kataku menyesali.
“Tak apa-apa, mudah-mudahan saja sekarang aq tak subur, karena jadwal datang bulanku dua hari lagi,” katanya sambil memelukku sambil mengelus dadaku.
“Terima kasih Citra, kamu telah memberikan kenikmatan yg tiada tara padaku hari ini,” ujarku sambil mengecup bibirnya.
“Saya juga, rasanya beban pikiranku hari ini menjadi hilang dan berubah jadi rasa nikmat. Yuk, kita mandi berdua,” ajaknya sambil menarik tanganku menuju kamar mandi.
Dan di kamar mandi itu, batang kemaluanku kembali mengeras ketika Citra sedang mengelus-elusnya. Tanpa berbasa-basi lagi, aq menarik pinggang Citra dan menyuruhnya menungging membelakangiku. Perlahan-lahan, aq arahkan kepala rudalku di sela-sela pantatnya yg bahenol. Sesaat, aq merasakan Citra tersentak. Namun itu hanya sebentar, karena tiba-tiba Citra mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya, ketika dirasakannya kepala rudalku sudah amblas semuanya.
“Ah, Gugun. Aq sampai lagi,” desah Citra tertahan.
“Aq ju.. ga..,” kataku sambil menembakkan kembali pejuhku ke dalam rongga kewanitaannya.
“Kapan kita bisa mengulangi seperti lagi, Gugun,” ujar Citra sambil mengecup lembut bibirku.
“Terserah kamu aja, telpon saja aq,” jawabku pasti.
Setelah jam menunjukkan pukul 20.45 WIB, kami lalu check out dari hotel itu dan mengantar Citra pulang. Di perjalanan menjelang tempat kostnya, Citra terlihat seperti tdk ingin melepaskan tangannya dari rudalku. Sebelum sampai di tempat kostnya, aq belikan ia voucher simpati agar ia bisa menghubungiku kapanpun ia menginginkan permainan seperti tadi kembali, dan kemudian aq kembali ke rumah untuk berkumpul dengan keluargaku.