Senin, 20 Februari 2017

Sex Tanpa Suami



Tempat tinggalku tertata apik dan nyaman. Ada 1 kamar tifur, dapur, kamar mandi dan ruang tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian pada bulan-bulan pertama. Tetapi entah kenapa, aq menyukai kesendirian itu. Terlebih lagi, baru kali ini aq merasa mengurus sendiri, sejak lahir di urus orng lain. Bahkan semasa remaja sampai menikahpun hidupku selali diintervensi orang lain. Kini aq bebas, dan ternyata sangat melegakan!
Kehidupan sex ku kini bangkit kembali, setelah lama tak tersentuh. Aq tak memiliki teman khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan sex aq penuhi secara mandiri. Benar-benar lengkap rasanya kesendirian ku, tak ada suami pemberi nafkah, tak ada pria pemuas dahaga birahi. Semuanya kujalankan sendiri saja.
Jika birahi ku datang, pada saat sendirian menonton televisi, aq akan menutup semua korden. Volume tivi ku besarkan, lampu aq matikan. Duduk di sofa, aq angkat kedua kaki ku, bersandar santai ke jok yg empuk. Di dalam rumah, aq tak pernah memakai pakaian dalam, dan daster longgar adalah satu-satunya pembalut tubuhku. Dengan kaki terkangkang dan mata setengah terpejam, aq menikmati tangan dan jariku sendiri.


Aq biasanya mulai dengan mengelus-elus daerah sekitar kewanitaan ku yg terasa hangat. Telapak tanganku dengan ringan menekan-nekan bagian atas, tempat bulu-bulu halus yg menghitam lebat. Pada saat seperti itu, kedua tangan ku aktif di bawah sana. Yg satu mengusap-usap bagian atas, yg lain meraba-raba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan menyentuh-nyentuh bagian dalam yg cepat sekali menjadi basah. Dengan pangkal ibu jari, ku tekan-tekan pula klitoris ku, yg selalu tersembunyi di balik kulit kenyal. Aq sering mendesis nikmat setiap kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan akibat perlakuan tanganku. Dengan cepat, rasa hangat menyebar ke seluruh tubuh ku, dan cairan-cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke memek ku.
Mata ku akan terpejam, menikmati kegelian itu. Kadang-kadang aq membayangkan almarhum suami ku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit rasanya. Aq lebih mudah membayangkan sembarang pria, atau bintang film pujaanku, atau sama sekali seorang yg tak pernah ku temui. Seseorang yg hanya ada dalam hayal ku. Tak berapa lama, bibir kewanitaan ku terasa menebal, dan saling menguak seperti bunga yg merekah. Dengan jari tengah dari tangan yg lain, ku telusuri celah-celah kewanitaanku.
Aq tdk pernah punya kuku panjang, karena selain menghalangi aq mengetik dengan cepat, juga karena aq malas merawatnya. Tanpa kuku, jari tengah ku dapat leluasa menimbulkan geli-gatal di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati lubang pelepasan ku, lalu naik lagi, melewati memek yg mulai berdenyut-denyut lemah, melewati lubang air seni, terus … naik lebih tinggi, bertemu telapak tangan ku yg lain yg masih mengusap-usap klitoris ku. Oh,.. betapa nikmat permainan yg perlahan-lahan dan sepenuhnya dalam kendali ku ini. Terkadang jauh lebih nikmat daripada dilakukan orang lain!
Lama-lama, aq tak tahan lagi. Sekaligus dua jari ku masukkan ke dalam memek ku. Aq memutar-mutar kedua jari itu di dalam, agar dinding-dinding kewanitaan ku mendapat sentuhan-sentuhan. Mula-mula sentuhan itu cukup ringan saja. Tetapi lalu aq mulai mengerang, karena geli-gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan rasanya ingin digaruk-diurut di bawah sana. Terutama di dinding bagian atas, tempat sebuah bagian yg sangat sensitif, entah bagian apa namanya. Bagian itu membuat tubuhku mengejang jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengah ku menuju, mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama semakin cepat dan keras. Aq bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat posisi duduk ku semakin terkangkang.
Pada saat seperti itu, tak ada yg bisa menghentikanku. Kalau telpon berdering, aq biarkan. Kalau pun ada yg mengetuk pintu, barangkali juga akan ku diamkan (tetapi belum pernah ada tamu pada saat seperti ini!). Mungkin gempa bumi pun tak kan mampu mengehentikanku. Tangan ku bergerak dengan cepat dan keras. Mata ku terpejam erat, mulut ku tak berhenti mengerang, karena itu aq perlu mengeraskan volume televisi.
Lalu klimaks akan datang dengan cepat, menyerbu seluruh tubuhku, berawal dari dalam memekku, tempat kedua jariku (kadang-kadang tiga jari) mengaduk-aduk. Tanganku yg lain tak lagi sanggup berada di atas klitoris, karena pada saat klimaks aq perlu berpegangan ke sofa, kalau tdk ingin jatuh bergelimpangan ke lantai. Klimaks ku selalu menggelora, selalu membuatku mengejang-menggelinjang hebat. Kedua kaki ku akhirnya terhempas ke lantai, menegang dan menekan seperti hendak melompat. Tubuh ku berguncang. Nafas ku memburu. Kenikmatan ku tak mudah tergambarkan kata-kata.
Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal-geli belum hilang. Maka biasanya aq langsung mematikan tivi dan pergi ke kamar tidur. Di ranjang, aq melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dengan bantuan bantal guling. Kujepit erat bantal guling yg terbungkus kain halus-licin. Ku gesek-gesekan kewanitaan ku di sana, sehingga sering kali bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya. Setelah menggesek-gesek dengan bantal guling, kembali ku masukkan jari-jari tanganku. Dengan cepat jari-jari itu membawakan pada ku klimaks yg berikutnya, yg seringkali lebih nikmat daripada yg pertama, apalagi karena ku lakukan sambil tidur, dengan kedua kaki terangkat sampai kedua lutut menyentuh toket ku.
Baru lah kemudian aq tertidur dengan rasa letih yg nyaman. Otot-otot tubuhku terasa bagai sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu dipijat seorang yg ahli. Nyaman dan damai sekali tidur ku, dengan senyum kepuasan membayang tipis di bibirku. Biasanya aq baru terbangun di pagi hari. Sendirian. Tanpa siapa pun di sisiku.
Kamar mandi adalah tempat lain yg bisa memberikan keleluasaan memenuhi hasrat birahi ku kala sendirian. Ada bak mandi dan shower yg dilengkapi extension (selang panjang) di kamar mandi ku. Sambil menyabuni tubuhku, seringkali aq berlama-lama di kedua bukit membusung di dadaku. Aq mempermainkan jari-jari ku di setiap putingku, memutar-mutar di sekitarnya, membuat bulu roma ku merinding.
Terkadang aq gemas sendiri, ku remas-remas kedua toket ku yg dipenuhi busa sabun. Duh, enak sekali rasanya campuran rasa geli-gatal dan sedikit perih.Kalau birahi semakin memuncak, aq sambilkan pula mengusap-usap kewanitaan ku. Menggosok-gosok bagian luarnya, semakin lama semakin cepat. Busa sabun wangi segera menggunung di bagian itu, sebagian berleleran turun di kedua pahaku yg mulus, perlahan-lahan ke bawah melewati lutut ku yg agak gemetar. Gabungan rasa yg datang dari toket dan kewanitaan ku sungguh sedap, membuat aq seperti melayang-layang, dan kedua mataku pun terpejam, kepalaku agak mendongak.
Setelah beberapa saat, aq ambil shower dari gantungannya. Tombol air kuputar maksimal, sehingga semprotan air sangat kuat memancar. Shower itu telah ku stel agar pancarannya tdk menyebar, sehingga alirannya tunggal dan kuat. Dengan semprotan itu lah aq membersihkan busa-busa di atas kewanitaan ku. Tetapi tujuan ku bukan menghapus busa itu saja. Air ku arahkan ke klitoris yg kini seperti mengintip dari tempat persembunyianya.
Oh,.. nikmat sekali rasanya ketika air menerpa daging kecil yg menonjol berwarna agak kemerahan itu. Aq terpaksa menyender ke bak mandi, karena rasa geli-gatal membuat tubuh ku bergetar. Satu tangan ku pakai menguak kewanitaan ku agar klitoris terus terpampang, sementara tangan yg lain memegang shower dan mengarahkannya ke sana. Kadang-kadang, ku putar-putar shower itu agar air tdk langsung mengenai klitoris, melainkan seperti mengusap-usap pinggirannya. Duh,.. enak sekali rasanya!
Cukup lama aq merangsang bagian itu dengan air. Rasa dingin bercampur geli-gatal membuat tubuh ku membara. Aneh, memang. Bukan api yg membuat ku panas, tetapi justru dinginnya air. Pernah ku coba dengan air hangat, ternyata rasanya berbeda, agak perih dan tdk nyaman. Dengan air dingin, birahi ku justru cepat bangkit. Entah kenapa, mungkin itulah misteri alam.
Tetapi rangsangan di klitoris ku tak pernah bisa membawa klimaks. Aq selalu membutuhkan sesuatu yg dapat menyeruak ke dalam kewanitaan ku. Aq tak tahan menghadapi serbuan geli-gatal yg membuat memek ku seperti berdecap-decap minta diisi. Maka biasanya ku ambil botol shampo yg entah mengapa dibuat mirip kejantanan laki-laki. Apakah pabriknya sengaja, atau ini cuma kebetulan? Aq tak tahu. Yg kutahu, bentuknya bulat panjang, dengan tutup yg persis menyerupai ujung kejantanan seorang pria. Ukurannya tdk terlalu besar. Terbuat dari plastik lembut dan licin, botol itu sungguh-sungguh membuat ku tergoda.
Pertama-tama aq cuma memasukkan ujungnya yg membola. Rasanya enak sekali, menyeruak-menyerobot memek ku yg telah basah oleh air maupun cairan bening licin. Sambil terus mengalirkan air ke atas klitoris, aq keluar-masukkan ujung itu. Oh, aq merasakan kenikmatan luar biasa, dan kedua kaki ku pun semakin memisahkan diri. Aq tetap tersandar, dan bahkan lalu merosot turun, setengah berjongkok. Akibatnya, botol itu semakin melesak ke dalam, dan aq tersentak kaget. Bukan karena sakit, tetapi karena nikmat sekali rasanya ketika tubuh botol itu masuk setengahnya.
Aq pun semakin berani, memasuk-keluarkan benda itu semakin cepat. Kurasakan klimaks mulai datang bagai angin topan menderu-deru. Gerakan ku semakin kacau tak terkendali, dan akhirnya aq terhempas duduk di lantai dengan kaki mengangkang. Botol shampo sempat terlepas, tetapi segera kumasukkan lagi sambil tetap duduk. Sekarang tiga perempat benda itu sudah menyeruak ke dalam, membuat seluruh memek ku terasa geli-gatal semata. Aq mendorong-dorongnya lebih dalam, mengeluar-masukkan benda itu lebih cepat lagi.
Lebih cepat lagi…… Lebih cepat lagi……. Lebih cepat lagi …… Lalu, datanglah puncak kenikmatan itu. Tubuhku mengejang-menggeliat. Shower terlepas dari pegangan, jatuh berdenting di lantai. Tangan ku yg memegang botol bergerak sangat cepat, dan tanpa sadar aq menjerit, “Aaaaaaah…!!” ketika gelombang besar orgasme ku datang menyerbu. Aq terkapar di lantai kamar mandi, tubuh ku merosot sampai hampir terlentang. Botol shampo terlempar entah kemana. Nafasku memburu. Erangan ku tenggelam oleh suara air yg masih memancar keras dari shower.
Lama kemudian aq baru bisa bangkit dan meneruskan mandi. Itu pun kalau aq tdk tergoda untuk kembali menyemprotkan shower ke bawah sana. Tak jarang aq mengulangi lagi proses yg sama, setelah membersihkan botol shampo dengan seksama. Pernah pula aq khawatir terluka oleh benda plastik itu, sehingga aq membeli kondom di apotik dan mengenakannya ke botol itu. Belakangan aq tahu, bahwa ada alat khusus yg bernama dildo. Tetapi aq tak tahu di mana mendapatkan alat itu. Lagipula, setelah melihat gambarnya, aq merasa botol shampo dibalut kondom juga sama saja.Aq sempat berganti shampo, dan -jangan heran, ya!- aq memilih bentuk kemasan terlebih dahulu sebelum memilih isinya!