Rabu, 01 Februari 2017

Mas Ridwan



Teman-temenku, Sela dan Maya mengajak aku ke pulau, nginep semalem. Mereka akan membawa pasangan masing-masing, sedang aku gak punya pasangan.
“Nanti di pulau ada senior trainer untuk snorkeling dan diving, orangnya 40an, ganteng dan tegap badannya. Tipe kamu banget deh Rin. Kamu bisa partneran sama dia”, kata Maya.
“Iya, kalo gak aku bengong, sedang kalian berdua asik dengan pasangan masing-masing″, jawabku.
Ketika di Marina Ancol setelah makan siang, aku dikenalkan Maya dengan mas Anto, trainer yg dia sebutkan itu.

Orangnya ganteng juga dan perawakannya tegap, maklumlah untuk olahraga air seperti itu perlu stamina yg tinggi, apalagi dia harus mengajari orang yg akan melakukan diving, kalo snorkeling katanya relatif mudah.
“Mas, staf pulau ya”, kataku membuka pembicaraan, ketika speedboat meluncur meninggalkan Marina.
“Oh enggak, aku hanya bantu pulau untuk acara diving dan snorkeling. Kalo ada permintaan, pulau akan kontak aku. Ririn senang diving?”
“Belon pernah mas, susah ya kalo mo diving. Temenku juga pada belon pernah diving”.
“Kalo gitu kita snorkeling aja, gak susah kok, cuma ngambang sambil menikmati panorama bawah laut. Di pulau ada lokasi yg sangat indah untuk snorkeling. Kalo mau diving sedikit sambil snorkeling juga bisa, gak dalem kok lautnya”.
“Kalo diving kan butuh peralatan, mas”.
“Gak usah, dilokasi snorkeling lautnya gak dalem, tahan napas sebentar bisa kok nyilem sedikit. Nanti deh aku ajari”. Cuaca sangat cerah, laut sepertinya tanpa ombak sehingga perjalanan menuju ke pulau tanpa hambatan apa-apa.
Sesampai di pulau ke 2 temanku langsung cek in ke cottage masing-masing dengan pasangannya. Kami mendapatkan cottage yg terapung di laut, letaknya agak berjauhan. Aku dapat cottage yg paling menjorok ke laut. Segera aku cuma mengenakan bikini ku karena mas Anto sudah menunggu untuk snorkeling. Mas Anto membelalak melihat bodiku yg tertutup bikini yg minim itu. Payudaraku seakan mau tumpah dari bra bikiniku yg aga kekecilan.
“Rin kamu seksi amat”. Aku hanya tersenyum mendengarnya.
Dia memberiku kacamata snorkeling yg ada perati untuk bernapas. aku gak tau ke2 temanku lagi ngapain sama pasangannya. Mula-mula kita latihan dulu di kolam renang untuk membiasakan diri dengan kacamata snorkeling itu dan sepatu kataknya.
“Kamu mau diving sedikit gak Rin, kalo mau gak usah pake pelampung”.
“Iya deh mas, mau. Gak dalem kan lautnya”.
“Temen-temen kamu gak mau ikutan snorkeling”.
“Gak tau pada kemana, kalo udah sama cowoknya masing-masing ya asik sendiri lah, Ririn sama mas aja, gak punya cowok sih”.
“Masak sih, kamu kan cantik, seksi lagi, masak gak ada cowok yg mau, aku aja mau kok”. Dia mulai menggodaku.
Aku hanya tersenyum mendengar celetukan usilnya. Kami mulai latihan di kolam renang. Setelah aku terbiasa dengan kaca mata itu, aku diajaknya ke lokasi diantar dengan speedboat pulau. Sampai dilokasi, aku langsung nyebur ke laut ditemani mas Anto, sedang speedboat kembali ke pulau, dijanjikan akan dijemput lagi setelah kami puas ber snorkeling. Pemandangan bawah airnya indah sekali, jauh lebih indah katimbang ngeliat di akuarium laut. Tdk puas hanya snorkeling saja, mas Anto mengajakku sedikit diving. Aku diajarinya sebentar untuk bagaimana menahan napas, kemudian kami menyelam. Aku bisa lebih dekat dengan objek yg kulihat dari permukaan. Karena gak bisa menahan napas lama, sebentar-sebentar aku harus kepermukaan untuk menahan napas. Tapi menyenangkanlah bersama mas Anto di laut.
Mas Antopun mulai usil, beberapa kali payudaraku sengaja digesek dengan lengannya. Aku kembali tersenyum membiarkan. Dia makin berani, payudaraku malah dirabanya.
“Rin, kamu napsuin deh”, katanya to the point.
“Masak sih mas napsu ngeliat Ririn”.
“Iya lah Rin, payudara kamu montok banget, aku pengen ngeremes jadinya”, katanya sambil langsung meremes payudaraku.
“Mas…”, keluhku.
“Tuh yg jemput sudah dateng”. Aku gak tau berapa lama, kita main-main dilaut, tapi kayanya matahari sudah condong ke barat ketika kami sampai di pulau.
Mas Anto mengajakku ke kolam renang lagi untuk main air. Di kolam renang, Maya dan Sela sedang main air juga dengan pasangannya masing-masing, mereka juga pake bikini yg seksi. Terutama Maya yg payudaranya paling besar dari kami bertiga. Cowoknya tanpa sungkan meremas-remas payudara Maya, Maya hanya cekikikan aja. Juga Sela yg diremas-remas oleh cowoknya. Karena kami ke pulau ketika week day, maka di pulau tdk ada tamu lain selain kita.
“Darimana Rin”, tanya Sela.
“Aku snorkeling sama mas Anto, asik deh”.
“Kok gak ngajak-ngajak″, protes Maya.
“Aku nunggu kalian gak keluar-kelur dari cottage, makanya ditinggal. Tapi kalo ada kalia malah mengganggu aku dan mas Anto”. Kami main-main dikolam sampe lewat magrib, mas Antopun dengan napsunya meremas-remas payudaraku terus.
Aku membalas dengan meremas penisnya. Terasa penisnya sudah keras sekali dibalik celana pendek gombrongnya. Yg mengejutkanku ukurannya, terasa besar sekali dan panjang, penis kesukaanku.
“Mas besar sekali”, bisikku.
“Mau ngerasain Rin, belon pernah ya ngerasain yg besar seperti punyaku”, jawabnya sambil berbisik juga.
Karena sudah gelap, kami balik ke cottage masing-masing, mas Anto ikut ke cottageku walaupun pulau menyediakan kamar untuknya diperumahan staf. Dia duduk saja di teras yg menghadap ke laut, sementara aku mandi. Aku mengenakan celana super pendek dan bra bikini. Dia tetap saja memakai celana gombrongnya walaupun basah. Kita langsung menuju ke ruang makan karena perut sudah keroncongan. Kami makan malem sembari ngobrol dan bercanda-canda.
Mas Anto mengelus-elus pahaku terus. Paha kukangkangkan. Aku jadi menggeliat-geliat karena rabaannya pada paha bagian dalam,
“Aah”, erangku, karena napsuku mulai naik.
“Kenapa Rin, napsu ya”, katanya.
“Tangan mas nakal sih”, kataku terengah.
“Abis kamu napsuin sih”, jawabnya dengan tetap ngelus-ngelus pahaku, elusannya makin lama makin naik ke atas. Kini tangannya mulai meraba dan meremes memekku dari luar celana pendekku, Aku semakin terangsang karena ulahnya,
“Aku jadi napsu nih”, bisikku.
Baiknya temen-temenku sudah selesai makan dan ngajak karaokean. Aku terbebas dari elusan mas Anto. Di ruang karaoke, kami nyanyi-nyanyi bergantian. Bosen karaoke, mas Anto minta dvd sama operator karaoke dan memutarnya, ternyata film biru. Asiknya ceweknya tampang melayu, cowoknya bule. Mereka maennya di kolam renang. Mulai dari ngelus, ngeremes, ngemut sampe akhirnya ngenjot dalam berbagai posisi. Mas anto kembali menggeraygi payudaraku. Kulihat temen-temenku sudah tenggelam dalam pelukan pasangannya masing-masing. Gak lama kemudian Maya keluar ruang, diikuti dengan Sela. Pastinya mereka akan meneruskan acara di cottage masing-masing. Mas Anto berbisik,
“Kekamar aja yuk Rin”. Aku ikut saja ketika tanganku ditariknya, sambil berpelukan kita menuju ke cottageku.
Di cottage, mas Anto membereskan teras, dipan yg ada diteras dihampari selimut sebagai alas. Dia mengambil bantal dari kamar dan mematikan lampu teras. Suasana remang-remang karena hanya disinari lampu dari kamar. Romantis sekali suasananya karena hanya terdengar demburan ombak dan terasa sejakli-kali ada angin membelai badan.
Aku berbaring di dipan yg sempit sehingga agak berdesakan dengan mas Anto. Dia terus meremas-remas gundukan di selangkanganku. Aku merespon dengan gerakan pinggulku yg menekan-nekan tangannya. Perlahan-lahan celana pendekku dilbukanya, aku mengangkat pantatku supaya celana itu mudah dilepaskan. Terasa jarinya mulai menelusuri CELANA DALAMku. Dia meremas kembali gundukan yg kini hanya terlindung oleh celana dalam.
Kemudian jarinya menguak celana dalamku dari samping. Jari tengahnya dengan trampil mencari belahan memekku. Jari tengahnya mulai menelusuri kehangatan sekaligus kelembaban di balik jembut keritingku yg lebat. Sampai akhirnya mendarat di itilku. Daging kecil itu sudah mengeras. Dia segera berkosentrasi pada bagian itu. Aku tdk mampu menahan kenikmatan akibat gelitikan jarinya di i tilku. Aku makin erat memeluknya dan dia makin intensif memainkan jariku di i tilku. Aku tdk bisa memperkirakan berapa lama jarinya bermain di itilku. Akhirnya aku mengejang. Aku nyampe.
“Mas, belum apa-apa Ririn dah nyampe. Hebat ih permainan jarinya mas. Apalagi penis mas ya”, kataku terengah.
Dia mengangkangkan pahaku dan terasa hembusan napasnya yg hangat di pahaku. Dia mulai menjilati pahaku, dari bawah bergerak perlahan keatas sambil digigit-gigitnya pelan. Aku menggigil menahan geli saat lidahnya menyelisuri pahaku.
“Mas pinter banget ngerangsang Ririn, udah biasa ngerangsang cewek ya”, kataklu terengah.
CELANA DALAM ku yg minim itu dengan mudah dilepasnya, demikian pula bra bikiniku dan tak lama kemudian terasa lidahnya menghunjam ke memekku yg sudah sangat basah. Aku hanya pasrah saja atas perlakuannya, aku hanya bisa mengerang karena rangsangan pada memekku itu. Lidahnya menyusup ke dalam memekku dan mulai bergerak keatas. Aku makin mengejang ketika dia mulai menjilati i tilku.
“Ririn sudah pengen dien tot”, aku mengerang saking napsunya.
Dia menghentikan aksinya, kemudian memelukku dan mencium bibirku dengan napsunya. Lidahnya menerobos bibirku dan mencari lidahku, segera aku bereaksi yg sama sehingga lidah kami saling membelit didalam mulutku. Pelukannya makin erat. Terasa ada sesuatu yg mengganjal diperutku, penisnya rupanya sudah ngaceng berat. Tangannya mulai bergerak kebawah, meremas pantatku, sedang tangan satunya masih ketat mendekapku. Aku menggelinjang karena remasan dipantatku dan tekanan penisnya yg ngaceng itu makin terasa diperutku.
“Aah”, lenguhku sementara bibirku masih terus dikulumnya dengan penuh napsu juga.
Lidahnya kemudian dikeluarkan dari mulutku, bibirku dijilati kemudian turun ke daguku. Tangannya bergeser dari pantatku ke arah memekku,
“Aah”, kembali aku mengerang ketika jarinya mulai mengilik memekku.
Lidahnya mengarah ke leherku, dijilatinya sehingga aku menggeliat-geliat kegelian. Sementara itu jarinya mulai mengelus-elus memekku yg sudah sangat basah itu dan kemudian kembali menjadikan i tilku sasaran berikutnya. Digerakkannya jarinya memutar menggesek i tilku. Aku menjadi lemes dipelukannya.
“Rin, jembut kamu lebat sekali, gak heran napsu kamu gede banget. Dikilik sebentar aja udah basah begini, padahal baru nyampe”, katanya sambil mengangkangkan pahaku lagi.
Dia membuka celananya, sekaligus dengan celana dalamnya. Ternyata penisnya besar dan panjang, berdiri tegak karena sudah ngaceng berat. Aku ditariknya bangun kemudian disuruh menelungkup ditembok teras. Dia memposisikan dirinya dibelakangku, punggungku didorong sedikit sehingga aku menjadi lebih nungging. Pahaku digesernya agar lebih membuka. Aku menggelinjang ketika merasa ada menggesek-gesek memekku. memekku yg sudah sangat licin itu membantu masuknya penis besarnya dengan lebih mudah.
Kepala penisnya sudah terjepit di memekku. Terasa sekali penisnya sesek mengganjal di selangkanganku.
“Aah, gede banget penis mas”, erangku. Mas Anto diam saja, malah terus mendorong penisnya masuk pelan-pelan.
Aku menggeletar ketika penisnya masuk makin dalam. Nikmat banget rasanya kemasukan penisnya yg besar itu. Pelan-pelan dia menarik penisnya keluar dan didorongnya lagi dengan pelan juga, gerakan keluar masuk penisnya makin cepat sehingga
akhirnya dengan satu hentakan penisnya nancep semua di memekku. “Aah, enak banget penis mas”, jeritku.
“Memekmu juga peret banget Rin. Baru sekali aku ngerasain memek seperet memekmu”, katanya sambil mengenjotkan penisnya keluar masuk memekku.
“Huh”, dengusku ketika terasa penisnya nancep semua di memekku.
Terasa biji pelernya menempel ketat di pantatku. Memekku terasa berdenyut meremas-remas penisnya yg nancep dalem sekali karena panjangnya. Tangannya yg tadinya memegang pinggulku mulai meremes payudaraku dengan gemesnya. Aku menjadi menggelinjang karenanya, sementara itu enjotan keluar masuk penisnya makin dipercepat. Tubuhku makin bergetar merasakan gesekan penisnya di memekku.
“Enak , enjotin yg keras, aah, nikmatnya”, erangku gak karuan.
Keluar masuknya penisnya di memekku makin lancar karena cairan memekku makin banyak, seakan menjadi pelumas penisnya. Dia menelungkup dibadanku dan mencium kudukku. Aku menjadi menggelinjang kegelian. Pinter banget dia merangsang dan memberi aku nikmat yg luar biasa. Payudaraku dilepaskannya dan tangannya menarik wajahku agar menengok ke belakang, kemudian bibirku segera diciumnya dengan napsunya. Lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Tangannya kembali meneruskan tugasnya meremes-remes payudaraku.
Sementara itu, penisnya tetep dienjotkan keluar masuk dengan cepat dan keras. Jembutnya yg kasar dan lebat itu berkali-kali menggesek pantatku ketika penisnya nancep semuanya di memekku. Aku menjadi mengerang keenakan berkali-kali, ini menambah semangatnya untuk makin mgencar mengenjot memekku. Pantatku mulai bergerak mengikuti irama enjotan penisnya. Pantatku makin cepat bergerak maju mundur menyambut enjotan penisnya sehingga rasanya penisnya nancep lebih dalem lagi di memekku.
“Terus , enjot yg keras, aah nikmat banget deh dien tot mas”, erangku.
Dia makin seru saja mengenjot memekku dengan penisnya. Aku tersentak. Perutku terasa kejang menahan kenikmatan yg luar biasa. Bibirku kembali dilumatnya, aku membalas melumat bibirnya juga, sementara gesekan penisnya pada memekku tetep saja terjadi. Akhirnya aku tdk dapat menahan rangsangan lebih lama, memekku mengejang dan
“Ririn nyampe aah”, teriakku.
memekku berdenyut hebat mencengkeram penisnya sehingga akhirnya, penisnya mengedut mengecretkan pejunya sampe 5 semburan. Terasa banget pejunya yg anget menyembur menyirami memekku. Penisnya terus dienjotkan keluar masuk seiring ngecretnya pejunya. Napasku memburu, demikian juga napasnya.
“Rin, gak apa-apa kan aku ngecret didalem memek kamu”, katanya.
“Gak apa-apa kok mas, Ririn punya obat biar gak hamil”. Penisnya terlepas dari jepitan memekku sehingga terasa pejunya ikut keluar mengalir di pahaku.
Dia segera berbaring didipan.
“Rin, nikmat banget deh memek kamu, peret dan empotannya kerasa banget”, katanya.
“Mas sudah sering ngen totin abg ya, ahli banget bikin Ririn nikmat. “, jawabku sambil menelentangkan badanku disebelahnya. “Paling sama customer yg ngundang aku ke pulau seperti kamu gini. Ya aku milih yg bag lah, kalo sepantaran aku mana asik”, jawabnya.
Mas Anto bangun dan masuk kamar mandi. Dia rupanya sedang membersihkan dirinya karena sejak abis berenang di laut dia belum mandi, sementara aku masih saja telentang di dipan menikmati sisa-sisa kenikmatan yg baru saja aku rasakan. Dia keluar dari kamar mandi, duduk disampingku yg terkapar telanjang bulat.
“Kamu bener-bener napsuin deh Rin, payudara kamu gede dan kenceng, mana pentilnya gede lagi”, katanya.
Aku hanya tersenyum mendengar ocehannya.
“Aku paling suka liat jembut kamu, lebat banget sih. Aku paling napsu ngeliat cewek kayak kamu ini, payudaranya gede kenceng dan jembutnya lebat, nikmat banget dien totnya,” katanya lagi.
Dia berbaring disebelahku dan memelukku,
“Rin, aku pengen lagi deh”, katanya.
Aku kaget juga dengernya, baru aja ngecret udah napsu lagi, tapi aku suka lelaki kaya begini, udah penisnya gede dan panjang, kuat lagi ngen totnya. Dia mulai menciumi leherku dan lidahnya menjilati leherku. Aku menggelinjang dan mulai terangsang juga. Bibirku segera diciumnya, lidahnya kembali menyusup kedalam mulutku dan membelit lidahku. Sementara itu tangannya mulai meremes-remes payudaraku dengan gemes. Dia melepaskan bibirku tetapi lidahnya terus saja menjilati bibirku, daguku, leherku dan akhirnya payudaraku. Pentilku yg sudah mengeras dijilatinya kemudian diemutnya dengan rakus. Aku menggeliat-geliat karena napsuku makin memuncak juga.
“Aah, mas napsu banget sih, tapi aku suka banget”, erangku.
Payudaraku yg sebelah lagi diremes-remesnya dengan gemes. Jari-jarinya menggeser kebawah, keperutku, Puserku dikorek-koreknya sehingga aku makin menggelinjang kegelian. Akhirnya jembutku dielus-elusnya, tdk lama karena kemudian jarinya menyusup melalui jembutku mengilik-ngilik memekku. Pahaku otomatis kukangkangkan untuk mempermudah dia mengilik memekku.
“Aah”, aku melenguh saking nikmatnya.
Dia membalik posisinya sehingga kepalanya ada di memekku, otomatis penisnya yg sudah ngaceng ada didekat mukaku. Sementara dia mengilik memek dan i tilku dengan lidahnya, penisnya kuremes dan kukocok-kocok, keras banget penisnya. Kepalanya mulai kujilati dan kuemut pelan, lidahnya makin terasa menekan-nekan i tilku sehingga pantatku terangkat dengan sendirinya.
Enggak lama aku mengemut penisnya sebab dia segera membalikkan badannya dan menelungkup diatasku, penisnya ditancapkannya di memekku dan mulai ditekennya masuk kedalam. Setelah nancep semua, mas Anto mulai mengenjotkan penisnya keluar masuk dengan cepat dan keras. Bibirku kembali dilumatnya dengan penuh napsu, sementara itu terasa banget penisnya mengisi seluruh ruang memekku sampe terasa sesek. Nikmat banget ngen tot sama dia. Aku menggeliat-geliatkan pantatku mengiringi enjotan penisnya itu.
Cukup lama dia mengenjotkan penisnya keluar masuk, tiba-tiba dia berhenti dan mencabut penisnya dari memekku. Dia turun dari dipan dan duduk di kursi yg ada didekat dipan, aku dimintanya untuk duduk dipangkuannya mengangkang diantara kedua kakinya. Dia memelukku dengan erat. Aku sedikit berdiri supaya dia bisa mengarahkan penisnya yg masih ngaceng itu masuk ke memekku. Aku menurunkan badanku sehingga sedikit-sedikit penisnya mulai ambles lagi di memekku. Aku menggeliat merasakan nikmatnya penisnya mendesak masuk memekku sampe nancep semuanya. Jembutnya menggesek jembutku dan biji pelernya terasa menyenggol-nyenggol pantatku. Aku mulai menaik turunkan badanku mengocok penisnya dengan memekku. Dia mengemut pentilku sementara aku aktif bergerak naik turun. Nikmat banget, kayanya lebih nikmat dari tadi.
“Aah, enak banget deh, lebih nikmat dari yg tadi”, erangku sambil terus menurun naikkan badanku mengocok penisnya yg terjepit erat di memekku.
Memekku mulai berdenyut lagi meremes-remes penisnya, gerakanku makin liar, aku berusaha menancepkan penisnya sedalam-dalamnya di memekku sambil mengerang-ngerang. Tangannya memegang pinggulku dan membantu agar aku terus mengocok penisnya dengan memekku. Aku memeluk lehernya supaya bisa tetep mengenjot penisnya, denyutan memekku makin terasa kuat, dia juga melenguh saking nikmatnya,
“Rin, empotan memekmu kerasa banget deh, mau deh aku ngen tot ama kamu tiap hari”. Akhirnya aku gak bisa menahan rangsangan lebih lama dan
“Ririn nyampe, aah”, teriakku dan kemudian aku terduduk lemas dipangkuannya.
Hebatnya dia belum ngecret juga, kayanya ronde kedua membuat dia bisa ngen tot lebih lama.
“Cape Rin”, tanyanya tersenyum sambil terus memelukku.
“He eh”, jawabku singkat.
Pelan mas anto mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga aku berdiri, penisnya lepas dari jepitan memekku. penisnya masih keras dan berlumuran cairan memekku. Kembali aku dimintanya nungging didipan, doyan banget dia dengan doggie style. Aku sih oke aja dengan gaya apa saja karena semua gaya juga nikmat buat aku. Dia menjilati kudukku sehingga aku menggelinjang kegelian, perlahan jilatannya turun ke punggung. Terus turun ke pinggang dan akhirnya sampe dipinggulku. Otot perutku terasa tertarik karena rangsangan jilatan itu.
Mulutnya terus menjilati, yg menjadi sasaran sekarang adalah pantatku, diciuminya dan digigitnya pelan. Apalagi saat lidahnya mulai menyapu daerah sekitar lubang pantatku. Geli rasanya. Jilatannya turun terus kearah memekku, kakiku dikangkangkannya supaya dia bisa menjilati memekku dari belakang. Aku lebih menelungkup sehingga pantatku makin menungging dan memekku terlihat jelas dari belakang. Dia menjilati memekku, sehingga kembali aku berteriak-teriak minta segera dien tot,
“nakal deh mas, ayo dong Ririn cepetan dien totnya”. Dia berdiri dan memposisikan penisnya dibibir memekku dan dienjotkannya kedalam dengan keras sehingga nancep semua dengan sekali enjotan.
Dia mulai mengenjot memekku dengan penisnya, makin lama makin cepat. Aku kembali menggeliat-geliatkan pantatku mengimbangi enjotan penisnya dimemekku. Jika dia mengejotkan penisnya masuk aku mendorong pantatku kebelakang sehingga menyambut penisnya supaya nancep sedalam-dalamnya di memekku. Payudaraku berguncang-guncang ketika dia mengenjot memekku. Dia meremes-remes payudaraku dan meilin-milin pentilnya sambil terus mengenjotkan penisnya keluar masuk.
“Terus mas, nikmat banget deh”, erangku lagi.
Enjotan berjalan terus, sementara itu aku mengganti gerakan pantatku dengan memutar sehingga efeknya seperti meremes penisnya. Dengan gerakan memutar, i tilku tergesek penisnya setiap kali dia mengenjotkan penisnya masuk. Denyutan memekku makin terasa keras, diapun melenguh,
“Rin, nikmat banget empotan memek kamu”. Akhirnya kembali aku kalah, aku nyampe lagi dengan lenguhan panjang,
“Aah nikmatnya, Ririn nyampeee”. Otot perutku mengejang dan aku ambruk ke dipan karena lemesnya.
Aku ditelentangkan di dipan dan segera mas Anto menaiki tubuhku yg sudah terkapar karena lemesnya. Pahaku dikangkangkannya dan segera dia menancapkan kembali penisnya di memekku. Penisnya dengan mudah meluncur kedalam sehingga nancep semuanya karena memekku masih licin karena cairan yg berhamburan ketika aku nyampe. Dia mulai mengenjotkan lagi penisnya keluar masuk. Hebat sekali staminanya, kayanya gak ada matinya ni orang. Aku hanya bisa terkapar menikmati sisa kenikmatan dan rangsangan baru dari enjotan penisnya. Dia terus mengejotkan penisnya dengan cepat dan keras. Dia kembali menciumi bibirku, leherku dan dengan agak membungkukkan badan dia mengemut pentilku.
Sementara itu enjotan penisnya tetap berlangsung dengan cepat dan keras. Aku agak sulit bergerak karena dia agak menindih badanku, keringatku sudah bercampur aduk dengan keringatnya. Enggak tau sudah berapa lama dia mengen toti ku sejak pertama tadi. Dia menyusupkan kedua tangannya kepunggungku dan menciumku lagi. Penisnya terus saja dienjotkan keluar masuk. Perutku mengejang lagi, aku heran juga kok aku cepet banget mau nyampe lagi dien tot dia. Aku mulai menggeliatkan pantatku, kuputar-putar mengimbangi enjotan penisnya. Memekku makin mengedut mencengkeram penisnya, pantatku terkadang terangkat menyambut enjotannya yg keras, sampe akhirnya,
“terus mas, yg cepet, Ririn udah mau nyampe lagi”, teriakku.
Dia dengan gencarnya mengenjotkan penisnya keluar masuk dan,
“Aah Ririn nyampe lagi”, aku berteriak keenakan.
Berbarengan dengan itu terasa sekali semburan pejunya yg kuat di memekku. Diapun ngecret dan ambruk diatas badanku. Kami sama-sama terkulai lemes, lebih-lebih aku karena aku udah nyampe 3 kali sebelum dia akhirnya ngecret dimemekku.
” Mas kuat banget deh ngen totnya, mana lama lagi. Nikmat banget ngen tot ama mas. Kapan mas ngen totin Ririn lagi”, kataku. Dia tersenyum mendengar sanjunganku.
“Kalo ada kesempatan ya aku sih mau aja ngen totin kamu. Memek kamu yg paling nikmat dari semua cewek yg pernah aku en tot”, jawabnya memuji.
Kita pindah kedalem kamar. Aku terkapar telanjang karena nikmat dan tak lama lagi tertidur. Paginya aku terbangun karena mas Anto memelukku. Kayanya sarapan pagi bakalan ngerasain penisnya lagi keluar masuk memekku.
“Rin, aku pengen ngerasain empotan memek kamu lagi ya, boleh kan”, katanya.
Dia lalu berbaring telentang di ranjang, lalu aku mulai jongkok di atasnya dan menciumi nya, tangannya mengusap-usap punggungku. Bibirnya kukulum,
“Hmmmhh… hmmhhh…” dia mendesah-desah.
Setelah puas melumat bibir dan lidahnya, aku mulai bergerak ke bawah, menciumi dagunya, lalu lehernya. Kuciumi dadanya.
“Hmmmhhh… aduh Rin enak ..” rintihnya.
Dia terus mendesah sementara aku mulai menciumi perutnya, lalu pusarnya, sesekali dia berteriak kecil kegelian. Akhirnya , penisnya yg sudah ngaceng berat kupegang dan kukocok-kocok,
“Ahhhhh… Hhhh….Hmmhmh… Ohhh …” dia cuman bisa mendesah doang.
Penisnya langsung kukenyot-kenyot, sementara dia meemas-remas rambutku saking enaknya,
“Ehmm… Ehmm…” Mungkin sekitar 5 menitan aku ngemut penisnya, kemudian aku bilang,
“sekarang giliran mas yach?” Dia cuma tersenyum, lalu bangkit sedangkan aku sekarang yg ganti tiduran.
Dia mulai nyiumin bibirku, kemudian leherku sementara tangannya meraba-raba payudaraku dan diremasnya.
“Hmhmhhm… Hmhmhmh…” ganti aku yg mendesah keenakan.
Apalagi ketika dia menjilati pentilku yg tebal dan berwarna coklat tua. Setelah puas melumat pentilku bergantian, dia mulai menjilati perutku. Dia langsung menciumi memekku dengan penuh napsu, otomatis pahaku mengangkang supaya dia bisa mudah menjilati memek dan i tilku.
“Ahh.. Ahhhh…” aku mengerang dan mendesah keras keenakan.
Sesekali kudengar “slurrp… slurrp…” dia menyedot memekku yg sudah mulai basah itu.
“Ahhhh… Enak …”, desahan ku semakin keras saja karena merasa nikmat, seakan tdk peduli kalau terdengar orang di luar.
Napsuku sudah sampe ubun-ubun, dia kutarik untuk segera menancapkan penis besarnya di memekku yg sudah gatel sekali rasanya, pengen digaruk pake penis. Pelan-pelan dia memasukkan penisnya ke dalam memekku. dengan satu enjotan keras dia menancapkan seluruh penisnya dalam memekku.
“Uh… uhhh….aahh…nikmat banget” desahku ketika dia mulai asyik menggesek-gesekkan penisnya dalam memekku.
Aku menggoyang pinggulku seirama dengan keluar masuknya penisnya di memekku. Dia mempercepat gerakannya. Gak lama dienjot aku sudah merasa mau nyampe,
“Ah…Ririn sepertinya mau… ahhh…” dia malah mempergencar enjotan penisnya dimemekku,
“Bareng nyampenya ya Rin, aku juga dah mau ngecret”, katanya terengah.
Enjotan penisnya makin cepat saja, sampe akhirnya,
“Ririn nyampe aah”, badanku mengejang karena nikmatnya, terasa memekku berdnyut-denyut meremas penisnya sehingga diapun menyodokkan penisnya dengan keras,
“Rin, aku ngecret aah”, terasa semburan pejunya yg deres dimemekku.