Rabu, 18 Januari 2017

Ibu Temanku Selingkuhanku


Aku Budi 42 thn, sudah menikah dan sudah memilkki 2 anak yg lucu-lucu. Setelah membaca ini, aku ingin menceritakan pangalaman nyataku dengan ibu temanku dua tahun yang lalu kepada pembaca seklian. Selamat membaca…
Setiab malam minggu aku punya kebiasaan min catur di rumah tetanggaku. Catur adalah salah satu dari sekian banyak hobiku selain otak-atik elektronik dan berolahraga. Aku biasanya main catur dengan tetanggaku, seorang bujangan yg rumahnya tak jauh dri rumahku. Tetanggaku ini hanya tinggal bersama ibunya saja. Kakak perempuanya sudah menikah, dan ikut suaminya tinggal di lain kota

Hubunganku dengan sahabatku terjalin sangat akrab, juga dengan ibunya. Kami saling menghormati satu sama lain, meskipun beda usiaku dengan sang ibu hanya 5 tahun, dia 5 tahun lebih tua dariku saat itu. Hingga terjadilah peristiwa itu, yg tak pernah kusangka-sangka sebelumnya. Peristiwa yg akhirnya mengubah diriku 180 derajat. Seperti pada sabtu sebelumnya, aku bermaksud main ke rumahnya buat caturan. Kupamit pada istriku dan segera bergegas ke rumahnya.
Udara malam itu memang dingin sekali akibat hujan lebat selama 2 jam yg terjadi sore tadi. Singkat kata aku sudah berada di pintu rumahnya. Kuketuk pintunya, dan tak lama pintu itu terbuka. Ternyata si ibu yg membukanya.
“Oh Ibu, ada Teguhnya bu?” tanyaku ramah.
“Nak Budi? oh Teguhnya lagi pergi tuh…” jawab si ibu sama ramahnya.
“Pergi ke mana, Bu?”
“Ke pesta pernikahan teman SMUnya. Baru aja dia jalan…”
“Oh begitu ya?” sahutku.
“Kalau begitu, aku pamit aja deh…”
“Oh, kenapa buru-buru, kan Nak Budi baru sampai?”
“Ah, nggak. Kalau Teguh nggak ada, saya pamit aja deh…”
“Ah, jangan terburu-buru begitu. Temani Ibu ya?” Walau agak heran dengan permintaannya, aku akhirnya menurut juga.
Cerita sex janda, Kuikuti dia masuk. Kamipun tak lama asyik berbincang-bincang di ruang tamunya. Hingga akhirnya si ibu menawariku kopi.
“Oh iya, Nak. Keasyikan ngobrol jadi lupa nawari minum. Sebentar saya siapkan dulu ya…”
“Ah, Ibu. Nggak usah repot-repot…”
“Ah, nggak kok. Masa repot?” kata si ibu sambil tersenyum ramah.
Setelah itu, dia segera beranjak ke dapur. – cerita mesum stw –
Sambil menunggu, kuambil koran terbitan hari ini yg tergeletak di meja tamu lalu kubaca-baca. Sedang asyik kubaca koran itu, tiba-tiba si ibu memanggil dari dapur.
“Nak… Nak, bisa saya minta tolong?”
“Oh, ada apa, Bu?” Spontan aku segera beranjak dari sofa itu dan langsung menghampirinya.
Ternyata kompor gas si ibu agak macet dan dia memintaku membetulkannya. Pas sedang membetulkannya, tak sengaja aku melihat ke arah gundukan toket si ibu. Saat itu si ibu sedang membungkuk memperhatikanku yg sedang sibuk mengutak-atik kompor gasnya yg macet. Apalagi si ibu hanya mengenakan daster yg belahan dadanya agak rendah. Aku langsung terpana melihatnya. Selain besar, toketnya juga tampak ranum dan kenyal. Tak kusangka perempuan ini masih memiliki toket seindah itu di usianya yg tak muda lagi.
Pemandangan indah itu membuat Penisku mulai tegak membesar dari balik celana jeans yg kukenakan tanpa kusadari. Aku begitu terangsang melihat keindahan toket si ibu. Si ibu yg semula perhatiannya ke pekerjaanku, tak urung kaget juga melihat perubahan ukuran Penisku. Tapi anehnya, dia tak juga merubah posisinya. Sepertinya dia sih tahu aku terangsang dengan kemolekan toketnya tapi dia tampak cuek saja, pura-pura tak tahu. Akhirnya setelah berusaha sekuat tenaga mengendalikan malu sekaligus mengendalikan Penisku supaya tak semakin membesar ukurannya, selesai juga masalah kompor itu.
“Wah, Nak Budi hebat!” pujinya di sampingku.
“Ah, nggak masalah… cuma masalah kecil kok Bu” sahutku.
“Kalau gitu ibu bisa minta tolong lagi?” katanya sambil menatapku nakal dan tersenyum genit.
Walau aku sudah menduga apa yg akan dia minta itu, tak urung hatiku berdebar-debar juga menanti pertanyaannya. Apalagi kulihat dia semakin mendekatkan dirinya ke tubuhku.
“A.. aaa… pa Bu?” lidahku mendadak kelu, menyadari betapa dekat wajahnya denganku saat ini.
Sambil mendesah, si ibu berkata parau,
“Ibu mau kamu cium ibu…” Belum sempat menyahut, dia langsung berjinjit, memeluk leherku lalu mencium bibirku.
Sejenak aku terkesiap, namun tak lama kemudian kami sudah asyik berciuman di dapur itu. Hilang sudah akal sehatku setelah bibirku bersentuhan dengan bibirnya yg tipis dan indah itu. Sambil asyik berciuman, diraihnya tangan kananku untuk meremasi toketnya di sebelah kanan, sedangkan diarahkannya tangan kiriku ke pantatnya. Tangankupun langsung bergerak terampil. Keduanya langsung bergerak nakal menjalari toket dan pantatnya yg ranum dan montok itu.
Si ibu tampak melenguh-lenguh merasakan nakalnya tanganku meremasi toket dan jari-jariku menyusuri belahan pantatnya. Di lain pihak, tangan si ibu aktif meremasi Penisku dari luar celanaku, membuat juniorku itu semakin meradang saja ukurannya. Satu tangannya dia julurkan ke dadaku untuk meremasi puting susuku yg tercetak jelas dari balik kemeja kaus ketat yg kukenakan ini.
Ketika nafsu kami semakin memuncak, dituntunnya aku ke ruang keluarganya. Di sana dengan serempak, kami saling melucuti pakaian masing-masing, sehingga tak lama kamipun sudah bugil. Kupandangi dengan sepenuh nafsu tubuhnya yg bugil itu. Luar biasa! Usia boleh kepala 4, tapi bodinya tak kalah dengan bodi para perempuan yg lebih muda.
Tanda-tanda ketuaan memang tak bisa ditutupi, tapi secara garis besar, dia masih sangat menggiurkan bagi para lelaki mana saja yg menatapnya. Apalagi kalau sudah bugil begini. Bahunya lebar, toketnya besar, ranum dan mengkal. Tak tampak tanda-tanda melorot seperti toket para wanita seusianya. Perutnya rata, nyaris tak ada lemaknya. Pinggangnya bundar, pinggulnya montok. Kaki dan betisnya tampak mulus dan kencang. Mungkin si ibu suka olahraga juga nih, makanya bodinya begitu terawat dan indah.
Di lain pihak, si ibu tampak tak kalah kagumnya melihatku telanjang. Maklumlah, hobi olahragaku yg sudah kutekuni sejak SD, membuat fisikku menjadi sangat bugar. Otot-otot kekar nan liat tampak bersembulan di sekujur tubuhku. Membuat banyak wanita sering kelimpungan kalau melihatku telanjang.
“Tubuh Nak Budi keren banget deh… Ibu suka sama lelaki macho kayak Nak Budi ini…” kata si ibu smabil menatapku penuh nafsu.
Dia mendekatiku lalu memelukku lagi. Kedua tangannya bergerak liar, meraba-raba bukit dada dan perut simetrisku, lalu bergerak turun ke arah Penisku. Sesaat kemudian, kami kembali asyik berciuman liar dan saling meremas apa yg bisa kami remas. Hanya sebentar kami melakukan itu. Berikutnya, kami saling membaringkan diri di atas karpet tebal di ruangan itu. Kami seakan tahu apa yg harus dilakukan selanjutnya. Kami membentuk posisi 69 dan tak lama kami sudah asyik saling menjilati kemaluan lawan mainnya. Si ibu tampak bersemangat mengulum kemaluanku sambil asyik mengocoknya. Sesekali dia ikut menjilat dan meremasi kantung spermaku. Rasanya sangat dahsyat kulumannya. Bahkan kuluman istriku tdk sedahsyat kulumannya.
Tampaknya si ibu ini benar-benar sudah lama tdk disentuh lelaki, hingga kulumannya tampak begitu ganas. Di bawah sana, lidah dan jari-jariku tak kalah aktifnya dengan tangan si ibu. Lidahku bergerak naik-turun sambil menjilati bibir kemaluannya, labia mayoranya dan semua yg ada di sekitarnya. Tangan kiriku asyik meremasi bokongnya, sedangkan jari-jari tangan kananku asyik menusuki lubang mekinya. Kami terus saling merangsang sambil mendesis-desis penuh kenikmatan. Kami saling mencium, menjilat, meremas, dan menggigit dengan rakusnya.
Sampai akhirnya kami sendiripun merasa tdk tahan. Tanpa ada aba-aba sebelumnya, serentak kami berubah posisi. Si ibu ambil posisi di bawah, sedangkan aku bergerak menindih di atas tubuh moleknya. Sambil tersenyum mesum, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Memamerkan liang meqinya yg sangat indah nan menggiurkan itu. Membuat jakunku naik-turun berulang kali. Tak sabar segera kutuntun Penisku ke lubang mekinya. Kugesek-gesekkan sejenak kepala Penisku di bibir mekinya, sebelum akhirnya kudorong pelan.
“Ssleebb… ssleebbb… bblessshhh…” sedikit demi sedikit Penisku tertelan liang neqinya, menimbulkan sensasi nikmat yg susah digambarkan rasanya.
Si ibu sendiri tampak meringis-ringis nikmat merasakan sodokan kemaluanku yg hangat dan keras ini memasuki liang meqinya. Meki si ibu kurasakan masih sempit dan legit. Tdk kalah dengan meki para gadis. Tampaknya si ibu sangat pintar dalam menjaga kemaluannya itu. Membuat batang Penisku yg ukurannya king size itu tampak agak kesulitan menembusnya. Namun dengan rangsangan terus menerus dariku di titik-titik erotisnya, akhirnya meki si ibu menyerah juga. Lorong yg hangat itu terasa semakin basah seiring meluapnya cairan pelumasnya, akibat rangsangan lidah dan tanganku di toketnya.
Penisku terus melaju hingga sampai di bagian terdalam liang meqinya. Lalu mulai kupompa dia. Aku bergerak dalam posisi push-up di atasnya. Sementara pantatku bergerak maju-mundur mengebor mekinya. Semakin lama gerak pantatku semakin kupercepat. Membuat jeritan erotis si ibu semakin keras terdengar. Membuatku semakin bersemangat dalam menjajah lubang kemaluannya. Keringat mulai mengalir deras membasahi tubuh bugil kami.
Si ibu tampak menjerit-jerit keenakan dipompa senjataku. Sepasang tangannya meremasi rambutku. Tak jarang tangan-tangan itu aktif mencakari punggungku yg liat ini, membuat sedikit pedih di kulitnya karena kukunya yg agak panjang itu. Aku sendiri tak mau kalah. Sambil terus memompa Penisku dalam-dalam, aku asyik mencumbui bibirnya yg seksi. Aku juga gigit-gigit pelan lehernya yg mulus kulitnya itu. Sesekali aku menyusui sepasang toketnya yg menggiurkan itu secara bergantian.
Pantat dan pinggul si ibu tampak bergoyang-goyang liar menyambut sodokan Penisku, membuatku nyaris gila karena begitu nikmat pengaruhnya di batang Penisku. Sekitar 15 menit kemudian si ibu keluar. Dia semakin erat memeluk tubuh atletisku yg basah kuyup oleh keringat kami berdua. Kubiarkan dia beristirahat sejenak setelah orgasmenya itu. Kemudian kembali kuserang dia. Kucoba bangkitkan gairahnya lagi dengan meremasi setiap jengkal titik erotisnya.
Tak lama kami sudah asyik berciuman dengan liarnya sambil saling meremas dan meraba. Tak butuh lama untuk membangkitkan gairahnya. Ciuman kami yg liar berhasil membuatnya panas kembali. Ketika aku hendak menggaulinya lagi dengan posisi serupa, dia menggeleng. Dia berdiri lalu memintaku untuk bercinta lagi di posisi lain. Aku tersenyum mendengar permintaannya itu. Lalu segera kubopong dia ke atas sofa di ruang keluarganya. Di sana kami masih sempat bergelut sebentar sebelum dia bergerak lagi. Dia naik ke atas pangkuanku membelakangiku. Dipegangnya batang Penisku yg masih perkasa ini ke arah mekinya yg sudah mulai basah kembali, lalu…
“blesshhhh….” masuk sudah seluruh batang Penisku ditelan mekinya.
Pada posisi yg kedua ini, rasa nikmat yg kami rasakan terasa luar biasa. Kemaluanku yg king size ini begitu menikmati pijatan otot-otot mekinya si ibu. Di lain pihak si ibu tak henti-hentinya mendesis kenikmatan. Kepalanya tampak bergoyang-goyang liar merasakan pompaan Penisku. Kepala kemaluanku yg besar ini rupanya berhasil sampai di mulut rahimnya, dan memberikan kenikmatan tak terhingga baginya. Turun-naik, keluar-masuk, memompa dan dipompa, menggoyang dan digoyang. Semakin lama semakin liar dan cepat. Sambil memompa, tak henti-hentinya kuremasi toketnya yg montok itu dari belakang.
Seperti tadi, sekitar 15 menit kupompa mekinya, dia keluar lagi untuk yg kedua kalinya. Sebelum aku keluar, kami sempat bercinta dalam 2 posisi lagi. Kami melakukannya dalam gaya berhadapan dan gaya anjing di sofa itu. Aku berhasil membuatnya keluar sebanyak 2 kali. Masing-masing dalam setiap gaya persetubuhan yg kami lakukan. 10 menit kemudian, setelah lebih dari sejam kami bercinta, jebol juga pertahananku. Kutarik Penisku keluar dari jepitan mekinya semenit sebelum aku sampai di puncak. Lalu kusemburkan spermaku berkali-kali ke wajah dan toket si ibu.
Spermaku yg kental dan banyak itu membasahi wajah, leher, toket dan rambutnya. Dikocoknya batangku, seolah-olah dia tak puas dengan seluruh sperma yg kutumpahkan tadi. Setelahnya, dia raih sperma-sperma itu untuk ditelannya hingga habis. Sisanya dia balurkan ke dada dan kedua puting susuku, untuk dia jilati seperti seorang anak menjilati sisa-sisa es krimnya. Membuatku meringis-ringis kegelian.
Puas bercinta, kami sama terkapar di atas sofa. Kami bercanda sambil sesekali berciuman dan saling meremas. Sesudahnya aku mandi di rumahnya untuk membersihkan tubuhku dari sisa-sisa pergumulan dahsyat tadi, agar tdk ketahuan istriku. Selesai mandi, si ibu membuatkanku teh manis hangat dengan cemilan ringan. Kamipun berbincang-bincang sejenak seperti tdk ada terjadi apa-apa di antara kami.
Begitu kudapannya habis dan aku hendak pamit, si ibu buru-buru mencekal lenganku. Sambil menatapku genit, dia berpesan aku lebih sering-sering mampir ke rumahnya. Aku hanya tersenyum saja mendengar permintaannya itu. Dia lalu mencium bibirku dengan sepenuh perasaan. Dia juga sempat meremas kemaluanku dari balik celana, sebelum dia melepasku di teras rumahnya Dalam perjalanan ke rumah, aku berkali-kali menghembuskan nafas panjang.
Aku tak pernah menygka akhirnya aku berselingkuh juga. Dengan wanita yg tak kusangka-sangka pula. Tetangga sekaligus ibu sahabat baikku selama ini. Sebelumnya tak pernah sekalipun aku mengkhianati istriku selama 15 tahun pernikahan kami. Banyak wanita di luar sana yg begitu menarik, namun tak sedetikpun aku tertarik untuk berselingkuh dengan mereka. Apalagi istriku juga termasuk wanita yg pandai memuaskanku di atas ranjang.
Kali ini semuanya terasa berbeda. Walaupun aku sangat menyesal telah mengkhianati istriku, aku tak bisa membohongi diriku sendiri kalau perselingkuhan itu ternyata nikmat juga. Sangat nikmat malah. Ibarat kalau selama ini kita hanya makan ‘opor’ di rumah tangga kita, selingkuh berarti kita makan ‘opor’ di luar sana, tetapi dengan variasi, rasa dan sensasi yg berbeda.
Begitu aku sampai di depan pagar rumahku sendiri, sesungging senyum tiba-tiba muncul di sudut bibirku. Aku merasa yakin, bahwa perselingkuhan ini bukanlah yg pertama dan terakhir kalinya terjadi dalam hidupku.