Minggu, 22 Januari 2017

Perkosa Bule Bali


waktu aku masih sekolah di salah satu sekolah swasta yg lumayan terkenal di Bandung.Waktu itu sekolah kami mengadakan liburan bersama sebelum EBTA/EBTANAS. Tempat yg dituju adalah pulau Dewata, Bali. Tentu saja aku antusias sekali untuk ikut acara itu, selain aku bisa melepas lelah dan stres gara-gara pelajaran, aku juga bisa menikmati pulau Dewata yg katanya indah itu, maklum aku memang belum pernah menginjakkan kaki di sana. Ricky yg pernah berlibur dengan keluarganya ke sana tetap ikut karena menurutnya kami tdk akan pernah bosan untuk berlibur ke sana. Ricky banyak cerita tentang keindahan objek wisata di sana, termasuk banyaknya “buah-buahan” disana. Aku dan Alf bingung sendiri, memang apa anehnya buah-buahan di Bali. Tapi mendengar pertanyaan kami, Ricky dan Joni malah ketawa-ketawa sambil meledek kalau kami berdua itu kurang imajinasi.
Joni mulai bercerita kalau Bali adalah salah satu pusat “buah-buahan” terbesar di Asia. Ada banyak “buah-buahan” di sana, dari buah lokal sampai “buah” import. Ricky menambahkan kalau yg paling terkenal di sana adalah “buah-buahan” import, tapi ada juga “buah” lokal yg tdk kalah bersaing dengan “buah-buah” import yg rata-rata lebih besar ukurannya. Aku mulai mengerti, makanya aku mulai nyengir ke arah Ricky dan Joni. (Untuk pembaca yg tdk mengerti, bisa hubungi kami untuk minta penjelasan dan kami akan menjelaskan sedetail-detailnya, hehehehe). Tapi Si Alf masih tetap diam, entah tdk mengerti atau entah pura-pura tdk ngerti. Tapi begitu Joni bilang kalau di sana “buah kelapa” tersebar di mana-mana, Alf langsung ikut-ikutan tertawa sambil membayangkan “buah-buahan” itu tersebar di pantai menunggu dipetik.

“Pletak..” Tiba-tiba penghapus melayang membentur meja, hampir saja kepala Joni jadi sasaran. Kami baru sadar kalau ini masih di kelas, di depan Pak Maman melotot sambil mengacung-ngacungkan penggaris ke arah kami berempat. Kami cuma nyengir sambil menunduk, kami benar-benar lupa kalau ini masih di kelas. Tapi untung saja, Pak Maman tdk terlalu galak, biasanya dia sudah lupa kejadian yg bikin dia jengkel setelah beberapa menit.
Oke, singkatnya kami akhirnya pergi bareng juga ke Bali. Kami berempat memilih bus yg sama biar bisa sepuasnya ngobrol. Kebetulan pengawas di bus kami lumayan “gaul”. Jadi kami bisa bebas ngobrol tentang apapun juga, tentu saja sampai hal-hal yg menjurus bahaya juga tdk masalah. Dua-duanya guru cewek yg relatif lebih cantik dibanding guru-guru kami yg lain. Ibu Winda dan Ibu Diana. Dua-duanya masih lajang dan umurnya tdk terlalu jauh dengan kami, Ibu Winda sekitar 27 tahun sedangkan Ibu Diana kira-kira 22 tahunan. Tentu saja mereka juga tdk lolos dari kejaran kami-kami berempat, dan tentu saja petualangan itu ada di cerita kami yg lain.
Kembali ke cerita, sekitar sehari kami baru sampai ke hotel. Kebetulan kami menginap di hotel yg lumayan mewah, kalau tdk salah bintang empat atau mungkin lima. Aku tdk begitu jelas, tapi yg jelas ada fasilitas kolam renang sampai mandi sauna, pokoknya semuanya lengkap. Dan tentu saja kami berempat satu kamar, kami memang bisa dibilang cukup akrab and bisa saling berbagi, baik suka atau duka. Sampai-sampai bagi-bagi pacar kami juga tdk masalah, yg penting adil. Memang sih awalnya kami cukup menikmati pemandangan indah “buah-buahan” di pantai, kebetulan hotel kami dekat dengan pantai Kuta yg memang gudangnya “buah-buahan”. Tapi lama-kelamaan bosan juga cuma melihati tanpa melakukan apa-apa, makanya sehari sebelum pulang kami berniat sedikit mencicipi “buah-buahan” import tersebut.
Tapi sialnya,aku dan Ricky malah terpisah dari Alf dam Joni. Padahal cuma Joni yg tahu dimana bisa dapat “buah-buahan” import itu dengan harga murah. Aku menyesal juga sih, makanya aku dan Ricky memutuskan kembali ke hotel.Kebetulan udaranya enak sekali, makanya kami jalan sambil melihati pemandangan Bali di malam hari. Ternyata keberuntungan belum pergi dari kami berdua,di tengah jalan, seorang cewek bule yg kelihatannya bingung menghampiri kami berdua.
“Hai.. can you speak English?” dia menyapa kami.
“A little..” aku menjawab.
Terus kami mengobrol, ternyata dia terpisah dari rombongannya. Dia hendak pulang ke hotelnya, tapi malah kesasar sampai ke sini. Aku sebenarnya hendak menolongnya menunjukkan jalan pulang, tapi Ricky menyikutku, dan aku tahu maksudnya. Aku menyewa taksi dan mempersilakannya masuk, Ricky mengatakan pada cewek itu kalau kami akan mengantarnya ke tujuan. Cewek itu kelihatannya senang sekali dan berterima kasih, dia tdk tahu kalau ada maksud tersembunyi di balik kebaikan kami berdua. Hehehe, kapan lagi dapet “buah-buahan” gratis.
“Pak, antar kami ke tempat biasanya orang mangkal,” aku berbicara pada sopirnya,tapi sepertinya sopirnya belum mengerti.
“Itu Pak, ke tempat kami bisa begituan,” Ricky menambahkan.
Pak sopir itu sepertinya mengerti, dia tertawa kecil, lalu memacu taksinya ke salah satu tempat yg memang terkenal sebagai “tempat gelap”. Sampai di sana, aku lihat kanan-kiri, ternyata sepi. Lalu aku ajak cewek bule bernama Grace itu turun. Dia sedikit bingung,karena tempat itu sedikit asing baginya. Tapi Ricky meyakinkannya kalau tempatnya tdk salah, makanya Grace setuju.
Grace sebenarnya tdk terlalu montok banget, mungkin karena usianya yg masih sangat hijau. Baru 15 tahun, tapi dibandingkan produk lokal,”buahnya” memang termasuk lumayan besar, apalagi didukung tubuhnya yg tinggi langsing plus wajahnya yg lumayan cantik dengan rambut pirangnya yg oke banget. Begitu aku lihat ada kesempatan, kukeluarkan pisau lipat yg memang selalu kubawa. Memang sih cuma pajangan doang, soalnya tdk tajam. Tapi aku yakin Grace tdk tahu, soalnya dia langsung ketakutan waktu kutempelkan pisau itu ke lehernya.
Ricky kemudian menyuruhnya membuka semua pakaiannya. Tentu saja Grace menolak, tapi begitu kuancam akan kubunuh kalau tdk menurut,dia akhirnya membuka pakaiannya walau sedikit ragu-ragu. Tapi keragu-raguannya itu malah bikin aku makin bernafsu, dibukanya kaos hijau di tubuhnya, dan dadanya yg lumayan oke terlihat di balik remang-remang cahaya lampu yg agak jauh dari tempat itu. Aku menitipkan pisau lipatku pada Ricky dan mulai membuka bajuku sampai tersisa CDku. Kami setuju kalau aku duluan yg mencicipi Grace dengan catatan, ongkos taksi aku yg bayar. Aku sih setuju saja, makanya tdk menunggu lama lagi, langsung kusiapkan “dedekku” yg mulai melakukan pemanasan ringan. Grace menatapku, seolah mengiba, tapi aku sudah keburu nafsu, makanya kusuruh dia membuka semua pakaiannya. Dia akhirnya menurut juga, dibukanya semua pakaiannya, dan dia berjongkok ketakutan di atas pasir laut.
Aku tdk nunggu lama lagi, langsung kusambar tubuhnya, kutindih tubuhnya di atas pasir, dan mulai menjilati puting susunya. Dadanya kenyal berisi, tapi terlihat dia belum pengalaman, soalnya dia malah ketakutan waktu kujilat putingnya. Kuancam dia sekali lagi, dan akhirnya dia memejamkan matanya, pasrah akan apa yg bakal aku lakukan. Aku mulai buas menjilat putingnya yg semakin mengeras, tapi aku sadar kalau aku harus segera menyelesaikannya. Malam semakin larut, dan aku sama sekali tdk ingin ketahuan kalau aku memperkosa gadis itu. Karena itu aku tdk melanjutkan permainan lidahku, kuambil pisau dari tangan Ricky, lalu kutodongkan ke arah Grace, kusuruh dia mengulum k0ntolku. Grace sepertinya tdk mau, tapi dia tdk bisa apa-apa, dia terlalu takut untuk melawan, dia akhirnya mau juga mengulum k0ntolku, menghisapnya sesekali dan menjilatinya.
Aku masih menodongkan pisauku, takut juga kalau Grace menggigit k0ntolku, bisa berabe nantinya. Karena itu aku tdk mau lama-lama di posisi itu, kutunggingkan tubuh Grace, dan kumasukkan k0ntolku ke memeknya yg diluar dugaanku, ternyata lumayan basah. Perlahan tapi pasti k0ntolku masuk, tanpa menunggu lama, langsung kukocok memeknya lumayan cepat. Aku penasaran, ada sesuatu yg menghalangi k0ntolku masuk lebih dalam, karena itu kuhentak dengan kencang. Grace menjerit tertahan, rupanya dia masih perawan. Memang lumayan sempit juga lubang memeknya, tapi dibandingkan umurnya yg masih 15 tahun, yah termasuk lebar juga lubangnya. Mungkin orang bule memang seperti itu pikirku. Karena itu aku tdk memikirkannya lagi, yg ada di otakku hanya kocok.. kocok.. kocok.. terus.
“Ah.. ah.. oh.. please.. stop.. ah..” Grace mendesah memohonku untuk berhenti.
Tapi aku sudah tanggung, masa aku harus berhenti, tdk mau dong. Aku tdk peduli kata-katanya, kukocok terus memeknya dan beberapa saat kemudian tubuh Grace mengejang. Aku bingung juga, kupikir cewek yg diperkosa tdk akan merasakan nikmat hingga sampai puncak segala. Aku berhenti sebentar, kubalikkan tubuh Grace yg sudah sangat lemas. Kulihat matanya berair, wajar saja sih cewek menangis kalau diperkosa, tapi ada sesuatu yg lain dari pandangan matanya.
Aku menarik nafasku dalam-dalam, lalu kubuang pikiran yg aneh-aneh itu. Kubuka bibir memeknya dan kuselipkan k0ntolku disana, kutekan sedikit, lalu kutarik lagi, lalu kutekan lagi, begitu seterusnya dengan frekuensi lambat. Aku mulai menikmatinya, tapi Ricky menepuk punggungku, sepertinya dia sudah tdk sabar, aku tdk melanjutkan permainan lambat itu, kuhentak kuat-kuat dan kuhujamkan k0ntolku ke memek Grace. Dia hanya memejamkan mata sambil menangis memandang laut yg hitam karena gelapnya malam. Aku merasakan k0ntolku panas, dan waktu hampir mencapai puncak, kucabut k0ntolku dari memeknya, dan kupaksakan masuk ke anusnya. Kukocok lagi sebentar, dan cairan putih kental menyembur ke liang anus Grace. Begitu kucabut k0ntolku dari anusnya, maniku mengalir perlahan keluar dari lubang sempit itu. Aku segera membersihkan tubuhku di laut, lalu kukenakan kembali pakaianku. Kulihat Ricky dengan asik menikmati jilatan dan kuluman bibir Grace di k0ntolnya.
Sekitar lima menit dia bertahan di posisi itu, tapi kemudian dia tdk tahan lagi, direntangkannya kaki Grace lebar-lebar, dan dihujamkannya k0ntolnya. Gerakannya sedikit liar tapi masih berpola. Bukan hanya pinggulnya yg bergerak naik-turun, kedua tangan Ricky juga bekerja, diremasnya dada Grace dan sesekali dipelintirnya puting susu Grace. Beberapa saat kemudian Ricky mencabut k0ntolnya dari memek Grace, disuruhnya Grace mengulum k0ntolnya lagi, dan beberapa saat kemudian Ricky mencapai puncak. Maninya menyembur di mulut Grace, mengalir ke dagu dan lehernya. Ricky kemudian membersihkan tubuhnya di laut. Kulihat Grace duduk di pasir, matanya merah karena menangis, dia menundukkan kepalanya seolah tak percaya apa yg baru saja menimpanya.
Aku jadi iba, kubantu dia memakai pakaiannya, lalu kusewakan taksi untuknya. Kuberikan uang lebih pada sopirnya, kukatakan agar dia merahasiakan aku yg menyewanya. Sopir itu mengangguk, aku tahu kalau orang Bali sangat menghargai kepercayaan orang. Aku percaya dia tdk akan membocorkannya. Aku dan Ricky pulang ke hotel, dan beberapa saat kemudian Alf dan Joni pulang, mereka kelihatan puas dengan apa yg tadi mereka lakukan, tapi aku dan Ricky juga tdk kalah puasnya, kami menceritakan pengalaman kami masing-masing, dan esok paginya kami pulang ke Bandung. Singkatnya kami sampai ke Bandung, dan dua hari kemudian aku menerima surat, aku terkejut setengah mati waktu kulihat surat itu.Kubaca suratnya, “Hai..it’s me Grace. Aku bisa bahasa Indonesia a little, dan I know your address dari dompet you yg tertinggal di taksi.
Aku simpan untuk kenang-kenangan. And you should know, malam itu aku sedikit kecewa caramu perlakukan aku, but I’m okay, I’m not angry. Soalnya, sepertinya aku fall in love sama kamu. Ingat aku selalu ya, Grace.” Aku makin kaget, dia mengirimkan SIM, KTP and surat-surat penting lain yg ada di dompetku. Dompetku yg kukira dicopet orang di Bali ternyata ada pada Grace. Untung sekali dia tdk menuntutku di pengadilan, aku benar-benar bersyukur. Sejak saat itu aku berjanji kalau aku tdk akan pernah memperkosa lagi. Grace kalau kau baca cerita ini, aku cuma ingin katakan kalau sebenarnya aku juga sayang kamu, please hubungi aku, I missyou so much. Maaf kelakuanku malam itu, and kalau kau ijinkan, aku ingin memperbaikinya, hubungi aku dan aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku. Sekali lagi maafkan aku Grace.